ISLAMTODAY —- Sejarawan JJ Rizal mengkritik rencana Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengubah nama kawasan Kota Tua menjadi Batavia.
“Rencana perubahan nama Kota Tua Jakarta menjadi Batavia jika ditinjau dari sudut pandang sejarah kurang tepat,” kata JJ Rizal kepada Kompas.com, Jumat (30/4/2021).
Bandar Sunda Kelapa dan Sejarah Jayakarta
Rizal menjelaskan, kawasan Kota Tua jakarta mengandung sejarah yang berlapis-lapis. Sejarah kawasan itu memang melekat dengan nama Batavia, nama yang digunakan pemerintah Hindia-Belanda.
JJ Rizal menegaskan sejarah kawasan itu tak melulu hanya sebatas markas dagang VOC saat kejayaan Belanda di abad 17-18.
“Tetapi juga sejarah kota bandar Jalapa, kemudian kejayaan kota bandar Sunda Kalapa, dan sejarah kota Jayakarta,” kata JJ Rizal.
Menurut JJ Rizal, sejarah yang ada sebelum kekayaan Belanda itu justru ditenggelamkan dan dihancurkan oleh VOC sehingga hilang seluruh memorinya.
“Padahal ini sejarah kejayaan maritim kita masa era kolonial. Mengembalikan nama Batavia sama saja mengembalikan penenggelaman memori kolektif kita prakolonial,” ujarnya, dilansir dari kompascom.
Oleh karena itu, JJ Rizal menegaskan, jika rencana ganti nama tersebut dilaksanakan, maka akan menyalahi amanah PP 2 Tahun 2021 tentang penyelenggaraan nama rupabumi.
“Terutama terkait dengan pasal perubahan nama tempat yang mensyaratkan pentingnya pemberian nama tempat menghargai memori historis dan nilai yang terdapat di dalam suatu tempat,” tandasnya.
kolaborasi Anies-Erick-Sandi
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies berkolaborasi dengan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir untuk mewujudkan mimpi ‘tentang Kawasan Kota Tua-Sunda Kelapa. Kedua pihak ingin mempercantik area wisata di Jakarta itu.
BUMN dan BUMD pun berkolaborasi membentuk joint venture antara tiga entitas, yakni Jakarta Experience Board/PT Jakarta Tourisindo (JXB), PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) atau Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), dan PT Moda Integrasi Transportasi Jabodetabek (MITJ).
Kegiatan penandatanganan Perjanjian Pokok Tentang Pembentukan Perusahaan Patungan Pengelola Kawasan Kota Tua – Sunda Kelapa itu disaksikan oleh Erick Thohir, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, dan Gubernur DKI Jakarta AniesBaswedan.
“Kami berbangga kita diajak kerja sama kembali membangun Kota Tua yang sudah lama tertinggal,” pungkas Erick dalam sambutannya di Kawasan Kota Tua, Jakarta, kemarin Rabu (28/4/2021).
Kerja sama tersebut bertujuan menyulap Kota Tua-Sunda Kelapa menjadi kawasan pariwisata terpadu yang modern dan tetap mempertahankan nilai heritage. Diharapkan itu dapat mengokohkan Jakarta sebagai salah satu destinasi pariwisata paling bersejarah di Indonesia.
“Kebetulan dengan kerja sama yang sebelumnya sukses bagaimana moda transportasi ini berjalan, tentu sekarang juga kita tingkatkan dengan kerja sama Kota Tua dan Sunda Kelapa,” jelasnya.
Anies mengatakan penjenamaan Kota Tua juga dikenal di sejumlah wilayah. Sementara Batavia, menurut dia, lebih identik dengan Jakarta dan memiliki sejarah panjang dengan Ibu Kota Negara.
“Mengapa tidak, nama Kota Tua kita kembalikan menjadi Batavia? Batavia mempunyai sejarah panjang. Kalau kita Google kata ‘Batavia’, muncul tautan (link) menarik berbahasa Inggris, Belanda dan Indonesia, berlatar abad 16-18, yang menggambarkan bahwa Batavia adalah sesuatu banget,” kata Anies.
Menurut Anies, ide itu muncul karena tergelitik dengan tulisan Batavia di depan podium acara penandatanganan perjanjian pokok tentang pembentukan perusahaan patungan (joint venture/ JV) pengelola kawasan Kota Tua dan Sunda Kelapa di Taman Fatahillah, Jakarta, Rabu.
Anies lalu mengusulkan tim JV melibatkan ahli-ahli sejarah dan ahli lainnya sebelum memutuskan perubahan nama itu. “Kita undang para ahli untuk memikirkan,” ujar Anies.
Kota Tua dikenal di sejumlah wilayah, salah satunya seperti di Medan, Sumatera Utara yang menyebut kawasan sekitar rumah tokoh Tjong A Fie sebagai Kota Tua Medan. Di Bandung, Jawa Barat juga ada Kota Tua Braga, namun lebih sering disebut Braga saja.
Tuai Pro Kontra
Anggota Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta Gilbert Simanjuntak mengatakan Anies hanya sibuk mengurusi hal remeh-temeh.
“Kita memilih Gubernur untuk bekerja melakukan hal-hal yang strategis. Saya belum melihat Bung Anies melakukan hal-hal yang strategis, seperti janjinya. Dia sibuk dengan hal remeh-temeh,” ujar Gilbert kepada wartawan, Kamis (29/4).
Gilbert mengatakan tak ada suatu hal yang mengagumkan dari kinerja Anies yang mengusulkan mengubah nama Kota Tua menjadi Batavia. Menurutnya, harus ada dasar yang kuat dalam mengubah nama suatu kawasan.
“Saya tidak melihat ada yang mengagumkan pembangunan Kota Tua sebagai dasar mengubah namanya. Tentu mengubah itu ada dasarnya seorang pejabat incumbent,” jelasnya.
“Kesan kuat yang muncul adalah pengalihan isu, banyaknya masalah yang muncul akibat kebijakannya, dan tidak ada penjelasan, apalagi penyelesaian,” imbuhnya.
Sementara itu, PAN DKI Jakarta menilai perubahan nama Kota Tua menjadi Batavia akan mendukung nuansa sejarah.
“Boleh juga Kota Tua diubah namanya jadi Batavia. Lebih terasa nuansa heritage-nya. Lebih penting lagi bagaimana pengelolaan kawasan destinasi wisata tersebut agar lebih hidup. Lebih dapat menarik wisatawan luar dan dalam negeri lebih banyak lagi,” kata Sekretaris Fraksi PAN DPRD DKI Jakarta, Oman Rohman Rakinda, kepada wartawan, Rabu (28/4) malam, dilansir dari Detikcom.
Namun, Oman berharap hal itu tak hanya berhenti dalam perubahan nama. Dia mendukung adanya pertunjukan dan pameran seni di kawasan wisata itu. “Dibuat event pertunjukan seni dan pamer seni budaya. Dijadikan lokasi pertunjukan seni tempat berekspresinya para pelaku seni,” tandasnya.[IZ]