(IslamToday ID) – Satu lagi pangkalan pasukan Junta Myanmar yang berhasil direbut oleh pemberontak.
Mengutip RFA, Jumat (26/4/2024) para pejabat pasukan anti-junta mengatakan bahwa keberhasilan pemberontak dalam menguasai pangkalan yang terletak di ujung selatan negara itu seolah menjadi bukti bahwa militer yang menggulingkan pemerintah terpilih pada tahun 2021 mulai mengalami kemunduran.
Sebelumnya, pejuang etnis minoritas Karen dalam beberapa pekan terakhir telah merebut beberapa kamp dari pasukan junta di Myanmar timur, sebagian besar terutama di kota perdagangan utama dekat perbatasan Thailand.
“Tiga puluh senjata disita di kamp tersebut, di mana sekitar 40 tentara junta ditempatkan,” kata seorang pejabat dari Persatuan Nasional Karen (KNU), yang menolak disebutkan namanya karena alasan keamanan.
“Hanya butuh beberapa saat untuk merebut kamp tersebut karena pasukan junta ketakutan dan melarikan diri,” lanjutnya.
Hal tersebut dibenarkan oleh kantor wilayah Tanintharyi milik Pemerintah Persatuan Nasional bayangan sipil yang mengkonfirmasi bahwa Tentara Pembebasan Nasional Karen (KNLA), sayap bersenjata KNU, dan anggota Pasukan Pertahanan Rakyat yang bersekutu berhasil merebut daerah dekat perbatasan Thailand.
“Sebuah pos perbatasan telah direbut oleh Tentara Pembebasan Nasional Karen dan pasukan gabungan Tentara Pertahanan Rakyat. Saat ini, masih ada beberapa hal yang perlu dikonfirmasi,” kata petugas informasi Tanintharyi, yang juga menolak untuk disebutkan namanya.
RFA sendiri telah menghubungi juru bicara junta wilayah Tanintharyi, Thet Naing, untuk mendapatkan informasi lebih lanjut, namun ia tidak memberikan tanggapan.
Sebelumnya, para pemberontak juga berhasil merebut kamp-kamp junta, di antaranya pada bulan Januari, pasukan pemberontak merebut kamp Kyauk Htu di Dawei.
Pada tanggal 16 April, mereka merebut Myeik, sebuah kota utama Tanintharyi, dan kemudian mengumumkan peluncuran operasi militer di dua kota terdekat. Dari 10 kota di Tanintharyi, hanya Bokpyin dan Kawthoung yang bebas dari konflik besar.
Sebagai informasi, Myanmar telah menghadapi gejolak kekerasan sejak militer menggulingkan pemerintahan yang dipimpin oleh peraih Hadiah Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi pada awal tahun 2021.
Pertempuran dalam beberapa hari terakhir telah memicu peringatan dari Thailand kepada para pesaing Mynamar untuk menghindari meluasnya pertempuran melintasi perbatasan. [ran]