IslamToday ID — Ekonom senior Rizal Ramli mengomentari soal turunya peringkat perguruan tinggi di Indonesia, seperti terlihat dalam laporan Times Higher Education (THE) yang merilis daftar-daftar kampus terbaik di Asia tahun 2021.
Ia mengaku prihatin atas penurunan peringkat yang dialami perguruan tinggi di Indonesia. Menurutnya, hal ini terjadi akibat perubahan struktural yang dilakukan pemerintahan Presiden Jokowi.
Rizal Ramli melihat pemerintah tengah merubah pengelolaan universitas menjadi semakin birokratis bukan semakin akademik dan semakin ilmiah.
Menurutnya, gaya pengelolaan kampus atau perguruan tinggi saat ini sudah seperti kementerian atau pegawai negeri sipil (PNS). Padahal seharusnya dunia akademis bersifat kolegial.
“Pengelolaan universitas bukan semakin akademik atau ilmiah, tapi dikelola semakin birokratif. Misalnya aturan-aturan gaya kementerian atau PNS. Padahal dunia akademik, suasananya kolegial, ilmiah, mahasiswa semakin kritis semakin bagus,” kata Rizal saat di chanel Youtube Hotspots Bang Arief, Rabu (16/06/ 2021)
Menteri Koordinator Bidang Ekonomi Keuangan dan Industri era kepemimpinan Abdurrahman Wahid atau Gus Dur ini juga mengatakan pemilihan rektor saat ini berbeda dengan era kepemimpinan Gusdur.
Pada era sekarang, menteri pendidikan juga memiliki kewenangan dalam memilih rektor, menteri pendidikan ikut andil sebesar 35% suara dan sisanya adalah kewenangan senat guru besar.
Sebaliknya, saat zaman Gusdur, pemilihan rektor diserahkan ke senat guru besar. Hanya kesimpulan atau hasil pemilihannya saja yang diserahkan ke menteri.
Menurut dia, pemilihan rektor seperti ini memiliki motif kekuasaan. Rizal Ramli melihat pemerintah tengah berusaha mengambil kontrol di perguruan tinggi untuk menakut-takuti para civitas kampus.
“Jadi motifnya kan kekuasaan. Motifnya kontrol supaya rektor takut sama presiden, bisa di pecat, akhirnya dia menakuti guru besar yang lain menakut-nakuti maahasiswanya. itu kan begitu. Kampus dikelola bagaikan bagaikan birokratisasi bagaikan departemen , menteri kan takut presiden dan seterusnya. jadi inilah menurut saya sumber kegagalan kemunduran,” jelas Rizal Ramli.
Kualitas Profesor menurun
Rizal Ramli menilai sistem tersebut membuat kualitas profesor menurun. Dan dalam analisisnya, kondisi semacam ini, akan banyak melahirkan profesor yang tidak sesuai dengan kepintaran akademiknya.
“Banyak profesor kita, pejabat akademik kalau ngomong enggak kelihatan akademisnya, lebih banyak seperti pejabat administratifnya,” tuturnya.
Kalah Dengan Malaysia
Berdasarkan data THE disebutkan juga peringkat Universitas di Indonesia tertinggal jauh dari peringkat universitas negri Jiran, Malaysia.
Di tahun 2021 University of Malaya (UOM) berhasil menduduki peringkat ke-49 di Asia. Sedangkan, Universitas Indonesia yang menjadi universitas terbaik di Indonesia, hanya bisa menembus 200 besar di Asia.
Menurut Rizal Ramli turunya peringkat kampus di dalam negeri menjadi pertanyaan besar dalam benaknya. Sebab kata dia, dengan teknologi yang semakin berkembang, seharusnya kampus di Indonesia bisa semakin maju.
Dalam pandangannya, sebabnya adalah kulitas risetnya. Rizal menilai riset hanya permainan administratif untuk mengumpulkan poin atau angka kumulatif bagi para dosen yang ingin menjadi rektor kepala.
“kita ini celakanya riset ini hanya permainan administratif, jadi buat ngumpulin poin untuk dosen-dosen ngumpulin KUM istilahnya, angka kumulatif. Jadi ini sistem yang merusak dimana penilaian riset dan kualitas akademis hanya berdasarkan poin-poin kumulatif administratif bukan akademik, muatnya di jurnal abal-abal. Ini semua menyumbang ke makin lama makin merosot, makin mundur” pungkasnya.
Penulis Kanzun