IslamToday ID — Mantan petinggi Kementrian BUMN Muhammad Said Didu mengatakan saat ini Indonesia sudah terjebak dengan utang pemerintah yang kian menumpuk. Ironisnya, pemerintah sudah tidak dapat melakukan apapun untuk menstabilkan keuangan Indonesia.
Menurut Said didu, upaya memberhentikan rencana pembangunan infrastruktur serta pembangunan Ibu kota Baru demi mengurangi beban belanja Negara sudah terlambat.
“Kalau itu ( pengurangan pembangunan infrastruktur) dilakukan oleh pemerintah, sekarang ini sudah sudah sangat terlambat apa lagi datang pukulan covid sekarang. Semakin memberatkan ,” Kata Said Didu dalam kanal Youtubenya, Sabtu (26/06/2021)
Menurutnya, langkah tersebut tepat dan dapat membantu menstabilkan keuangan bila dilakukan sejak awal kemunculan covid19 di Indonesia. Misalnya dengan cara memfokuskan limpahan dana infrastruktur pada sektor kesehatan.
“Jadi kalau didengarkan 1 tahun lalu itu masih ada ruang untuk bergerak ( menyelamatkan keuangan) sekarang ini ruangnya sangat sempit kalau dulu kan masih bisa,” ucap Said Didu.
Lanjutnya, dari total utang pemerintah sebesar Rp 6.418,15 triliun, sebagian besar berasal dari utang lewat penerbitan Surat Berharga Negara (SBN), sebesar Rp 5.580,02 triliun. Kondisi ini semakin membuat posisi Indonesia sulit.
Ia khawatir ekonomi Indonesia akan tergunjang jika para pembeli SBN tersebut menarik dananya.
“Ini problem besar yang dihadapi karena hampir 90 persen utang itu adala dalam bentuk SUN , SBN, ada oblikasi dll. Nah kalau pemerintah sudah tidak mampu membayar maka pemilik pemilik SBN itu menarik dananya maka goncang lah perekonomian , 20 persen saja menarik dana, pemerintah tidak punya uang untuk membeli kembali,” jelasnya.
Menurutnya, kondisi keuangan Indonesia yang kian memburuk hal ini dapat memberi dampak yang fatal. Citra Indonesia akan buruk di mata Internasional. Al hasil, kepercayaan para Negara luar terhadap kebijakan fiskal yang dilakukan pemerintah Indonesia akan semakin berkurang.
“ Kalau mereka tahu bahwa sudah mencetak uang Bank Indonesia Rp 500 triliun, menurut saya kepercayaan internasional terhadap fiskal kita itu sangat rendah. itu ( cetak uang) pelanggaran besar juga,” ucap Said Didu.
Penulis Kanzun / Arief