ISLAMTODAY ID — Ketua umum Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia (PB PII), Rafani Tuahuns mengungkapkan gagasan besarnya menuju satu abad perjuangan PII. Berbekal spirit Bergerak Berjamaah diharapkan sanggup mewujudkan kader-kader pemimpin negeri.
Rafa dalam rilisnya mengemukakan sejumlah rencana yang menjadi agenda kolektif PII dalam sepuluh tahun mendatang. Perjalanan menuju 100 tahun PII pada 4 Mei 2047, masih tersisa 26 tahun lagi.
“26 tahun lagi, cita Kader Memimpin Negeri harus terwujud. Mimpi besar, ambisi besar, dan cita-cita panjang. Sudah saatnya pada 26 tahun yang akan datang, kader-kader PII yang hari ini belatih menjadi penentu masa depan bangsanya,” kata Rafa dalam rilisnya kepada Islamtoday.id (Selasa, 6 Juli 2021).
Ia menjelaskan lebih rinci mengenai agenda prioritas dalam sepuluh tahun pertama PII. Agenda tersebut menyasar pada dua objek krusial di masyarakat yakni bidang pendidikan dan ekonomi.
“Sekolah dan Baitul Mal, konsolidasi Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Ekonomi, menjadi dua prioritas agenda Bergerak Berjamaah di 10 tahun pertama,” ujar Rafa.
Tercetusnya dua agenda ini dilatarbelakangi oleh berbagai faktor diantaranya ialah situasi krisis multidimensi di tengah pandemi Covid-19. Padahal dalam rangka menuju proses pembangunan kaderisasi, ekonomi dan sekolah memiliki perang penting.
Rafa menyebut salah satu hal esensial di bidang pendidikan ialah mempersiapkan sekolah yang sesuai dengan prinsip Islam. Pada bagian ini PII diharapkan mampu mengambil peranannya dengan optimal.
“PII harus menghadirkan satu institusi baru yang mampu menjaga nafas kaderisasinya jauh lebih panjang dan jauh lebih matang,” ungkap Rafa.
“Sebab saat diaspora kader ke ruang-ruang struktur sosial butuh percepatan, butuh energi besar, butuh kapasitas yang jauh lebih tinggi,” tegasnya.
Fase-fase Perjuangan PII
Perjalanan sejarah telah menunjukkan bahwa PII mampu menghadapi berbagai dinamika rezim yang berkuasa. Mulai dari era orde lama yang penuh perjuangan mempertahankan kemerdekaan hingga reformasi yang sangat dinamis.
PII sejak awal telah memposisikan diri sebagai organisasi perjuangan. Agenda-agenda umat dan bangsa tak luput dari agenda organisasi mereka.
Fase perjuangan PII terbagi atas beberapa fase dari mulai kebangkitan hingga fase pembangunan. Pada tahun 1947 dan 1948 misalnya PII terlibat aktif dalam perjuangan melawan Agresi Militer Belanda.
“Kader-kader PII saat itu lantas meletakkan pena dan mengangkat senjata, berjuang untuk Indonesia pada agresi tersebut. Fase Kebangkitan ini terbukti membuat para pelajar bangkit sebagai satu entitas pelajar yang berjuang untuk umat dan bangsanya,” tutur Rafa.
Fase kedua, fase militansi ini terjadi ketika organisasi-organisasi dan partai Islam berhadapan langsung dengan PKI. Pada periode Orde Baru, banyak organisasi Islam termasuk PII harus ‘beradaptasi’ dengan kebijakan asas tunggal.
“Jalan sejarah yang dilalui PII di tengah dua rezim yang masih sangat kuat otoritasnya, saat itu justru semakin membangun militansi pejuangan kader. Meski darah dan nyawa menjadi taruhan hingga harus bergerak di bawah tanah,” imbuhnya.
Sejak dimulainya era reformasi (1998-2021) PII memasuki fase baru bernama pembangunan. Salah satu tantangan serius pada era ini adalah bertahan di tengah-tengah wabah penyakit yang menular.
“Kini hadir satu tantangan besar yang teramat mengkhawatirkan. Sudah lebih dari setahun sejak Maret 2020, badai besar kriris global berlarut akibat Covid-19,” ungkap Rafa.
“Jika PII tidak mampu menghadapi badai besar ini, maka ia akan ikut tergilas,” tandasnya.
Penulis: Kukuh Subekti