(IslamToday ID) – Sejumlah media massa online heboh memberitakan pengakuan seniman Erros Djarot yang terpapar Covid-19 melalui perantara uang kertas pada Ahad (25/7/2021)
Dari penelusuran yang dilakukan, media pertama yang menurunkan berita itu adalah Kumparan.com. Kemudian disusul media-media online lainnya selang beberapa jam secara berurutan.
Sampai Ahad sore berita itu masih muncul di sejumlah media online lain dengan sumber mengutip dari media yang sudah tayang lebih dulu.
Hampir semua media menurunkan berita yang nyaris sama, yakni pengakuan sepihak Erros Djarot bahwa dirinya terpapar Covid-19 melalui perantara uang kertas. Berikut kutipan berita itu yang kami ambil dari Kumparan.com:
Erros Djarot terpapar Covid-19. Seniman dan politikus terkenal itu terpapar dari kontak dengan uang kertas.
“Asli. Saya tidak pernah ke luar rumah. Tidak ada bertemu orang selain orang di rumah. Benar-benar saya kena karena sentuh uang kertas,” ujar Erros meyakinkan dalam percakapan via ponsel, Sabtu (24/7/2021) petang.
Erros terpapar virus, 17 hari lalu. Sekarang sudah membaik. Ia mengaku, hanya lima hari merasakan gejala tidak enak badan. Ia tidak mengalami gejala berat seperti batuk, pusing disertai sesak napas, seperti yang dialami umumnya pasien yang terjangkit virus.
“Ini juga asli, saya hampir tidak merasakan apa-apa. Sebelumnya pun begitu. Makanya, heran juga hasil swab Antigen mendeteksi saya, positif,” sambung pria berkumis lebat yang 22 Juli kemarin menginjak usia 71 tahun.
Mengungsi di Puncak
Pemilik nama asli Soegeng Djarot itu lahir di Rangkasbitung, 22 Juli 1950. Ia anak kedua dari tiga bersaudara, pasangan Djarot Djojoprawiro (ayah) dan Ennie Tanudiredja (ibu).
Belum sebulan, tepatnya 27 Juni lalu, Erros kehilangan adiknya Budi Djarot, yang terpapar Covid-19. Keadaan itu mengguncangnya. “Adikku, sobatku, kawan seperjuanganku,” tulis Erros di Instagramnya.
Selama percakapan Erros terus berpesan kepada masyarakat supaya berhati-hati. Ini serius. Mengingatkan semua teman. Supaya keluarga tingkatkan kewaspadaan.
“Anda juga. Hati-hati deh. Kita sudah pada tua. Virus ini gawat. Jangan main-main, saya sudah kehilangan adik,” wanti-wanti seniman musik dan film, adik aktor ternama Slamet Rahardjo Djarot itu.
Tren Sekeluarga Terpapar
Erros benar. Banyak orang terjangkit virus dari kejadian sepele, tak terduga-duga. Hari-hari ini viral di media sosial, seorang pria tertular Covid-19 dari kontaknya dengan bolpoin.
Waktu mau vaksin, ia menggunakan bolpoin panitia untuk mengisi data. Setelah itu tangannya mengucek matanya yang gatal. Pria itu sebenarnya sudah merasakan firasat saat itu bakal kena. Apa yang ia lakukan tadi keliru. Dan, benar. Dua hari kemudian ia demam dan sesak. Dalam testimoni videonya, ia juga menceritakan perjuangan kerasnya memperoleh rumah sakit.
Di Jakarta, pekan lalu Gubernur DKI mengumumkan ada 1.900 pasien mengantre di lorong-lorong RS karena seluruh ruang perawatan penuh. Virus varian baru yang muncul sebulan terakhir ini memang ganas.
Menurut ahli, virus telah bermutasi lebih ringan. Karena ringan, virus berukuran sepermiliar meter itu semakin cepat menjangkau sasaran. Hanya butuh waktu 5-10 detik menulari korban. Kuat pula bertahan di udara (aerosol) selama 16 jam.
Itu yang menyebabkan tren penularannya borongan, satu rumah atau satu keluarga. Satu kantor, juga bahkan satu kampung. Menambah kesulitan perawatan isolasi di rumah.
Karena alasan itu, antara lain mendorong Erros memutuskan menyingkir ke vilanya di Gadog, Puncak, Jawa Barat. Sebulan lalu. Tapi siapa sangka, justru di pengungsian itulah ia terpapar.
Padahal, menurut sutradara film “Tjoet Nyak Dhien” itu, boleh dibilang ia dan keluarganya hanya mengurung diri di dalam rumah selama di Puncak.
Ihwal mengetahui ia terpapar secara kebetulan. Hari itu ia bermaksud ke Jakarta untuk berkonsultasi rutin dengan dokternya. Sang dokter sedang tidak enak badan. Ia menganjurkan sebelum bertemu, Erros swab antigen.
“Lha, hasil tes saya ternyata positif. Istri juga,” cerita suami Dewi Triyadi Surianegara.
Erros penasaran. Ia pun mencoba tracing sendiri. Mengingat-ingat kejadian sepekan atau 10 hari terakhir. Dugaannya kuat sumber penularan berasal dari kontak dengan uang kertas. Hanya itu satu-satunya jejak dia.
“Saya pernah suruh pembantu pergi belanja. Beli apa gitu. Mungkin di uang kembalian itu menempel virus,” duga Erros.
Ia berusaha tenang selama terpapar virus. Ia fokus mendekatkan diri kepada Tuhan, Sang Maha Pencipta. Ia memasrahkan diri saja. Ia haqul yakin Tuhan tidak akan memberi cobaan kepada umatnya melebihi kemampuan memikul cobaan itu.
Ayah Banyu Biru dan Sekar Putih pun menjalani masa isolasi mandiri dengan membangun positif thinking. Ia menganggap mendapat kesempatan baik untuk beristirahat sejenak. Makan banyak, tidur cukup, dan minum obat serta vitamin. Obat cacing ivermectim, salah satunya.
“Alhamdulilah saya sudah pulih. Dewi juga sudah berangsur membaik,” ungkapnya.
Percaya obat cacing itu? “Faktanya banyak yang sembuh karena minum obat itu. Minimal, kalau toh pun kena gejalanya tidak berat,” katanya.
“Obat itu yang banyak saya bagikan ke teman-teman. Kebetulan saya pernah beli banyak. Selama pandemi ini kerja saya kayak relawan membantu teman-teman yang terdampak. Makanya lucu, malah saya yang kena,” tutup Erros.
Bisa Menular Via Uang?
Sejauh ini belum ada pakar kesehatan dan epidemiolog yang membenarkan bahwa virus Covid-19 bisa menular melalui perantara benda, seperti uang misalnya.
Mengenai hal itu, Okezone.com menurunkan berita bahwa Bank of England pada akhir 2020 meminta peneliti untuk mengetahui berapa lama virus bertahan dengan uang tunai.
Memang, penggunaan uang kertas telah menurun tajam sejak pandemi melanda pada Maret tahun lalu, dan BOE pun mengatakan salah satu alasannya adalah kekhawatiran bahwa uang tunai dapat membawa virus.
Melansir The Guardian, banyak toko dan tempat lainnya mendorong konsumen untuk melakukan pembayaran tanpa kontak, sementara beberapa menolak untuk mengambil uang tunai.
Namun, penelitian Bank of England menemukan bahwa risiko terkena virus corona dari uang kertas jauh lebih rendah daripada tertular dari menghirup partikel udara di toko, atau dari menyentuh barang-barang seperti keranjang belanja, gagang pintu, atau terminal pembayaran mandiri.
Studinya melibatkan dosis virus corona yang sangat tinggi, setara dengan seseorang yang batuk atau bersin langsung ke uang kertas, dan termasuk tes di atas kertas dan uang kertas polimer 10 poundsterling. Setelah kontaminasi, catatan disimpan pada suhu kamar dan diuji berulang kali.
Studi ini menemukan bahwa tingkat virus tetap stabil selama 1 jam, tetapi selama 5 jam berikutnya menurun dengan cepat, dan setelah 24 jam turun menjadi kurang dari 1 persen pada kedua jenis catatan.
“Hanya karena tingkat virus yang rendah, itu tidak berarti bahwa virus berada pada tingkat yang dapat menyebabkan infeksi,” tulis para peneliti.
Gareth Shaw, dari kelompok konsumen Which?, mengatakan pembayaran digital tidak bisa dilakukan bagi beberapa konsumen, terutama jika mereka rentan atau tinggal di daerah terpencil.
“Penelitian Bank of England yang menunjukkan risiko penularan Covid melalui uang tunai rendah harus memberi kepercayaan kepada pengecer bahwa mereka dapat menerimanya untuk membantu jutaan konsumen yang mengandalkan uang tunai,” jelasnya. [wip]