IslamToday ID — Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro menyebutkan untuk menangani krisis kesehatan di era pandemi covid-19, dibutuhkan pemimpin yang memliki jiwa mengayomi.
Karena krisis kesehatan ini memiliki dampak yang serius terhadap masalah sosial ekonomi. Seperti memunculkan pengangguran serta pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran.
Sehingga sangat diperlukan memiliki pemimpin yang mumpuni menghadapi masalah pandemi. Dalam pandangannya, dengan memiliki kepemimpinan yang kokoh, tentu akan membawa Indonesia keluar dari krisis kesehatan.
“Ketidak pastian di era yang disrupsi seperti ini, dan ini semuanya tentunya membutuhkan satu pengelolaan negara yang harusnya proven dengan kepemimpinan yang betul-betul ya bisa disebutkan leader strong leader with strong leadership kan gitu. Jadi satu pemimpin yang betul-betul mumpuni dengan kepemimpinan yang kokoh, yang mantap seperti itu,” kata Siti Zuhro dalam acara webinar, yang disiarkan di kanal Youtube BANG EDY CHANNE, Senin ( 26/07/2021).
Ia juga menyebutkan untuk tidak membiarkan sinyal polarisasi masuk ke dalam kondisi krisis kesehatan seperti ini. Menurutnya, polarisasi dapat menimbulkan permusuhan antar manusia dan memunculkan rasa ketidak percayaan kepada pemerintah.
“Jangan diberikan peluang adanya sinyal-sinyal polarisasi dengan hoax yang tinggi sehingga ( memberi dampak) antar komunitas berhadapan , antar masyarakat berhadapan , masyarakat tidak percaya kepada pemerintah, pemerintah juga menafikan rakyatnya, ini akan terjadi blunder yang luar biasa,” ujar Siti Zuhro.
Selain itu, Siti Zuhro juga menuturkan perlunya membenahi persoalan hukum di Indonesia. Ia menilai bila permasalahan hukum ditengah pandemi khususnya kasus korupsi tidak diselesaikan akan menyebabkan masyarakat semakin terpuruk.
“Ini yang sebetulnya harusnya menjadi konsen kita jauh lebih penting kita membenahi persoalan hukum kita. bayangkan dalam keadaan krisis kesehatan yang seperti ini, di Kemensos terjadi korupsi itu bagaimana mungkin itu ya dalam keadaan kita yang sangat menderita masyarakat ini butuh,” ucapnya.
“Jadi pemandangan-pemandangan korupsi yang seperti ini yang membuat distress publik itu semakin meningkat. Sementara kesulitan hidup juga semakin berat jadi indeks kebahagiaan masyarakat belum sempat dinaikkan tapi justru merosot menjadi indeks kesengsaraan masyarakat,” pungkas Siti Zuhro.
Penulis Kanzun