(IslamToday ID) – Pengamat perminyakan yang juga mantan Direktur Utama Pertamina Ari Soemarno memprediksi Indonesia masih belum bisa lepas dari belenggu impor bahan bakar minyak (BBM) dalam jangka waktu 10 sampai 20 tahun ke depan.
Ia mengatakan kapasitas kilang minyak Indonesia stagnan di level 1 juta barel per hari (bph). Sementara, produksi minyak mentah Indonesia bukannya naik, malah terus turun.
“Menurut saya itu (impor) nggak bisa dihindari, dalam beberapa tahun ke depan dari 10-20 tahun masih impor. Infrastruktur (kilang) kita nggak naik, stagnan segitu saja,” ungkapnya dalam program ‘Energy Corner Squawk Box CNBC Indonesia’, Senin (23/8/2021).
Penambahan kapasitas kilang terus didorong oleh pemerintah untuk meningkatkan produksi BBM dan LPG. Menambah kapasitas kilang artinya akan semakin banyak minyak mentah yang dibutuhkan.
Kebutuhan minyak mentah yang akan meningkat berbanding terbalik dengan produksi minyak mentah dalam negeri yang masih rendah. Oleh karena itu, menurutnya, ini tidak berdampak pada perbaikan neraca dagang Indonesia.
“Tambah kapasitas produksi BBM dan LPG dalam negeri dengan menambah kapasitas kilang. Maka, minyak mentah pun impor, ini hanya memindahkan saja dari impor BBM dan LPG ke minyak mentah,” lanjutnya seperti dikutip dari CNBC Indonesia.
Ari menjelaskan, untuk menaikkan infrastruktur kilang dibutuhkan investasi yang sangat besar. Ia kembali menegaskan bahwa Indonesia diperkirakan masih akan terus menjadi importir, baik untuk BBM, LPG, dan minyak mentah.
“Sampai kapan pun kita akan jadi importir, baik BBM, LPG maupun minyak mentah. Ini akan terus berlangsung, nggak bisa dihindari, realitas ini harus disadari,” paparnya.
Sebelumnya, Presiden Jokowi memerintahkan anggota kabinetnya untuk mengurangi ketergantungan pada impor energi, khususnya BBM dan LPG.
Sejalan dengan instruksi presiden, Dewan Energi Nasional (DEN) pun telah menyiapkan Grand Strategi Energi Nasional untuk mewujudkan ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan energi, salah satunya yakni untuk mengurangi ketergantungan impor BBM dan LPG.
Adapun salah satu target yang tercantum dalam Grand Strategi Energi ini yaitu menghentikan impor BBM pada 2030 mendatang. [wip]