IslamToday ID– Penghapusan mural Jokowi 404: Not Found yang dilakukan oleh aparat negara dinilai terlalu terburu-buru. Padahal mural 404: Not Found merupakan informasi untuk pemerintah bahwa tidak adanya ketersedian ruang publik yang dapat digunakan muralis atau pelukis mural.
Hal ini dikatakan oleh Seniman Edi Bonetski dalam wawancara disalah satu Youtube Hersubenopoint.
“404 not found itu adalah bagian dari estetika kesadaran ruang tubuh seorang graffiti ,temen-temen graffiti ,teman-teman muralis untuk merespon ruang public, karena kanal-kanal kreatif tidak disediakan,” ujarnya Rabu ( 25/08/2021)
Tidak tersedianya ruang publik ini berbanding terbalik dengan aturan yang ada. Menurut Edi, negara telah mengeluarkan Undang-undang pemajuan kebudayaan pada 2017, sehingga setiap kota, kabupaten hingga provinsi harus mengetahui terkait kebebasan ekspresi dalam UU tersebut.
Selain itu , Edi mengatakan seniman mural tidak pernah tergabung dalam suatu ormas ataupun politik tertentu. Sehingga mural-mural yang ada bukan untuk menyindir salah satu kader politik. Kemudian, dalam pembuatan mural juga tidak pernah didanai oleh pihak manapun.
“Tidak ada satupun temen-temen yang terlibat di gerakan politik, semua berada di artmovement. Gerakan kebudayaan, gerakan seni ya gerakan main-main karena mural dan grafiti pelaku-pelakunya tidak pernah ikut ormas,” jelasnya.
Untuk itu, Edi meminta kepada pemerintah untuk lebih belajar dan memperhatikan regulasi yang ada terkait mural ini. Dan memberikan sejumlah fasilitas ruang atau media dalam bansos. Ia berharap pemerintah dapat adil dalam penegakan hukum di Indonesia.
“Saya tidak berharap apa-apa dari negara. Karena negara sesungguhnya harus memberi rasa keadilan di tengah publik itu aja, kalau sebagai seniman barangkali harus dimanusiakan. Bantuan sosialnya bukan hanya beras tapi fasilitas ruang gerak kalau memang tidak bisa pentas diberi ruang virtual, “ujar Edi.
Bukan Vandalisme
Menurut Edi seni mural bukan sebuah aksi vandal atau vandalisme. Justru baliho-baliho yang di jalanan yang dipasang sejumlah pihak, seperti, politisi, pemerintah, dan lainnya itu merupakan vandalisme.
Edi juga menilai baliho-baliho yang banyak di jalanan, isi dan gambarnya terkesan berlebihan serta tidak sesuai dengan kenyataan.
“Yang vandal itu justru yang hari ini orang lapar kemudian lihat sesuatu baliho-baliho yang besar, dia bikin balihonya banyak, vandal itu, vandalisme kekuasaan,” pungkasnya.
Penulis Kanzun