(IslamToday ID) – Hari Tani Nasional yang jatuh pada 24 September 2021 diperingati dengan aksi unjuk rasa di sejumlah daerah.
Di Jakarta, puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Pertanian Indonesia menggelar demonstrasi di depan Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta Selatan. Mereka menuntut kedaulatan pangan ditegakkan.
Pantauan di lokasi, Jalan RM Harsono, Jakarta Selatan, Jumat (24/9/2021), tampak demo tersebut dikawal petugas kepolisian. Para peserta aksi tampak membawa sejumlah spanduk.
Spanduk tuntutan itu antara lain ‘Apa Guna BPN Kalau Masih Impor’, ‘Hentikan Impor’ dan ‘Jokowi Tolong Sejahterakan Petani’.
“Kami datang ke sini untuk mempertanyakan dan untuk menuntut kesejahteraan apa yang diberikan pemerintah saat ini. Beberapa bulan belakang panen raya sedang diciptakan petani, tapi para petinggi negara melakukan impor yang sangat luar biasa dan ini menyakiti hati para petani di Indonesia,” kata koordinator aksi unjuk rasa, Annas seperti dikutip dari DetikCom.
Ia juga menyampaikan enam tuntutan dalam rangka Hari Tani Nasional 2021. Pihaknya menyoroti nasib petani di Indonesia yang menurutnya sedang dikriminalisasi.
“Kami Aliansi Mahasiswa Pertanian Indonesia mengangkat enam isu yang dijadikan refleksi Hari Tani 2021. Yang pertama hentikan impor, kedua wujudkan reformasi agraria, ketiga regenerasi sarana dan prasarana sektor pertanian, keempat penanganan nilai tukar petani harus serius, kelima pengkajian ulang Omnibus Law, dan terakhir leadership Kementerian Pertanian dan BPN harus sesuai bidangnya,” ucapnya.
Polisi kemudian melakukan mediasi dengan pihak demonstran. Ada empat orang koordinator demonstran yang kemudian melakukan komunikasi dengan pihak Kementan. Para mahasiswa itu meminta pemerintah menjawab tuntutan mereka paling lambat tiga bulan. Mereka mengancam akan menggelar demonstrasi lagi.
Perwakilan bidang Humas Kementan, Arief tampak mendatangi massa. Ia terlihat menandatangani berkas tuntutan dari massa aksi.
“Nanti apa yang menjadi kajian dari adik-adik semua, kita akan sampaikan ke pimpinan untuk bisa menjadi sebuah kebijakan,” kata Arief di lokasi. Setelah itu, massa terlihat membubarkan diri.
Aksi mahasiswa juga terjadi Pasaman Barat, Sumatera Barat. Ratusan Mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi BEM SB melakukan aksi unjuk rasa terkait Hari Tani Nasional. Dalam aksi tersebut juga diikuti oleh puluhan petani.
Salah seorang petani dari Pasaman Barat meminta pemerintah tidak lagi mendiskriminasi para petani. “Kami difitnah, dihina, dipandang sebelah mata, jangan ada lagi penganiayaan terhadap petani,” ungkap salah seorang petani, Jumat (24/9/2021).
Ia menyebutkan ada petani yang ditahan di Polda tanpa kesalahan. Pemerintah jangan hanya omongan di luar pagar saja.
“Suara kami adalah hidup bapak, suara kami jabatan bapak, tapi apa balasannya, saat ini masih ada penindasan,” imbuhnya seperti dikutip dari Covesia.com.
Sementara itu petani dari Kabupaten Agam juga menyampaikan aspirasi. Mereka mengaku ditindas oleh pengusaha dan pemerintah, serta dikriminalkan dan disiksa di penjara.
“Kami tidak miskin tapi dimiskinkan, kami dilarang menggarap tanah kami, pemerintah menyerahkan tanah kami ke pengusaha,” ujarnya.
Puluhan mahasiswa dari Universitas Gunung Rinjani juga menggelar aksi unjuk rasa di depan kantor DPRD Lombok Timur, Kamis (23/9/2021). Dalam aksinya, mahasiswa menyoroti kelangkaan dan mahalnya harga pupuk untuk petani.
Mereka mulai orasi di simpang empat Taman Rinjani Selong, kemudian menuju kantor DPRD. “Petani hari ini kekurangan pupuk saudara-saudara, apakah kita diam saja, harus kita suarakan,” kata mahasiswa, Arif Rahman seperti dikutip dari Inews.
Selain pupuk, mahasiswa juga mengkritisi banyaknya lahan produktif areal pertanian berubah menjadi bangunan megah. Ini mengakibatkan produksi hasil pertanian terus menurun. Begitu juga soal kekeringan yang setiap tahun melanda sejumlah wilayah di Lombok Timur.
“Harus mengairi sawahnya dengan es batu karena dilanda kekeringan,” ucap Arif.
Petani semakin sengsara, karena saat ini harga berbagai komoditas pertanian yang dihasilkan sangat murah. Aksi ini dikawal ketat aparat kepolisian dari Polres Lombok Timur.
“Harga produk pertanian saat ini merugikan rakyat,” ujarnya. [wip]