(IslamToday ID) – Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini ikut berpendapat terkait pro kontra rencana nama Jalan Mustafa Kemal Ataturk di Menteng, Jakarta Pusat. Ia mengaku tidak setuju dengan nama jalan dari tokoh pendiri Turki itu, dan lebih sepakat dengan nama ulama Betawi.
Penamaan Jalan Mustafa Kemal Ataturk diminta pemerintah Turki sebagai imbal balik atas permintaan pemerintah Indonesia yang ingin mengganti jalan di depan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Ankara, dengan nama Jalan Ahmet Soekarno.
“Tentang rencana pemberian nama jalan protokol Jakarta dengan nama tokoh pembaharu Turki, menurut saya jauh lebih bijaksana jika menggunakan nama tokoh Betawi yang menginspirasi, seperti Guru Manshur (Jembatan Lima), Guru Mughni (Kuningan), dan Guru Marzuki (Cipinang). Setuju?” kata Helmi lewat akun Twitternya @Helmy_Faishal_Z dikutip Republika, Rabu (20/10/2021).
Pada Senin (18/10/2021), Duta Besar RI untuk Turki, Lalu Muhamad Iqbal membenarkan rencana penamaan Jalan Mustafa Kemal Ataturk di Menteng, Jakarta Pusat. Menurutnya, pemberian nama itu merupakan upaya untuk mendekatkan diri antara Indonesia dan Turki.
Sebagai imbal balik, sambungnya, Turki mengizinkan agar nama KBRI di Ankara diberi nama Ahmet Soekarno. Ia menjelaskan, pemberian nama Jalan Mustafa Kemal Ataturk di Jakarta sebagai konsekuensi atas nama Jalan Ahmet Soekarno di Ankara, lantaran status keduanya sebagai pendiri negara Turki dan Indonesia.
“Sebagai simbol kedekatan kedua bangsa yang sudah dimulai sejak abad ke-15, Turki setuju memenuhi permintaan kita untuk memberikan nama jalan di depan KBRI Ankara dengan nama Bapak Proklamasi kita, Ahmet Soekarno. Sesuai tata krama diplomatik, kita akan memberikan nama jalan di Jakarta dengan nama jalan Bapak Bangsa Turki,” ujar Lalu.
Ketua MUI DKI KH Munahar Muchtar HS mengatakan sebaiknya pemerintah pusat maupun Pemprov DKI mengkaji secara benar rencana pemberian nama Jalan Mustafa Kemal Ataturk.
“Ramainya wacana pembuatan jalan di Jakarta dengan nama Mustafa Kemal Ataturk atas nama pimpinan Majelis Ulama Indonesia Provinsi DKI Jakarta, pertama meminta kepada pemerintah agar berpikir ulang untuk menamakan jalan atas nama Mustafa Kemal Ataturk,” kata Munahar.
“Kenapa demikian? Yang pertama kita tahu sepak terjang seorang Mustafa Kemal Ataturk. Dia adalah tokoh sekuler yang banyak menyakiti umat Islam sepanjang kepemimpinannya di Turki,” ujar Wakil Ketua Tanfidziah PWNU DKI tersebut.
“Dialah orang yang meminta bahkan memaksa umat Islam agar mengganti Al-Qur’an dengan bahasa Turki, mengganti azan dengan bahasa Turki, dan saat memimpin banyak ulama dan tokoh Islam yang dibunuh karena berseberangan dengannya,” lanjut Munahar. [wip]