(IslamToday ID) – Ekonom senior Faisal Basri kembali buka suara berkenaan dengan larangan ekspor mineral mentah khususnya penghentian ekspor nikel.
Faisal menyampaikan larangan ekspor nikel hanya menjadikan Indonesia sebagai surga untuk smelter nikel China yang ada di Indonesia. Alasannya karena harga nikel Indonesia yang ditawarkan ke China hanya seperempat dari harga normal nikel di dunia.
“Jadi sangat merugi Indonesia memanfaatkan sumber daya tambangnya untuk mendukung industrialisasi di China. Warga kita kelas dua, sedangkan warga kelas satunya adalah pengusaha China. Jadi nilai tambahnya memang terbentuk, tapi 90 persen nilai tambahnya larinya ke China,” ujar Faisal seperti dikutip dari CNBC Indonesia, Rabu (29/12/2021).
Ia juga melihat larangan ekspor nikel akan memunculkan riset-riset untuk mencari bahan baku alternatif. Misalnya seperti yang dilakukan oleh perusahaan Tesla. Karena adanya larangan ekspor nikel Indonesia, akhirnya Tesla menemukan alternatif baru. Tesla tak lagi menggunakan baterai lithium berbasis nikel, melainkan berbasis biji besi.
“Riset-risetnya akhirnya menghasilkan ongkos yang lebih murah berbasis biji besi daripada nikel gara-gara Indonesia yang kepedean,” tambahnya.
Menurutnya, teknologi akan terus berkembang dengan cepat sehingga setiap bahan baku akan muncul alternatifnya. Artinya, dengan Indonesia yang melarang ekspor tersebut, hal itu akan memunculkan alternatif-alternatif bahan mentah yang semakin banyak.
“Jadi kuncinya adalah kita menguasai teknologi, bagaimana kita mampu untuk meningkatkan nilai tambah buat kesejahteraan rakyat Indonesia,” pungkas Faisal.
Seperti diketahui, dalam beberapa kesempatan Presiden Jokowi berkali-kali menegaskan untuk menyetop ekspor nikel, bahan mentah bauksit dan mineral mentah lainnya. Dengan ini, pemerintah terus mendorong program hilirisasi industri, sebagai cara meningkatkan nilai tambah di sektor industri dan daya saing perekonomian nasional. [wip]