(IslamToday ID) – Ribuan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi BEM Se-Solo Raya menggelar aksi demonstrasi di Bundaran Gladag, Solo, Kamis (14/4/2022) siang. Aksi tersebut sebagai bentuk keprihatinan atas kondisi bangsa yang kian terpuruk.
Awalnya, para mahasiswa yang mengenakan almamater dari kampus masing-masing berkumpul di perempatan Ngarsopuro. Kemudian mereka melakukan long march menyusuri Jalan Slamet Riyadi dan berkumpul di Bundaran Gladag.
Di sepanjang jalan, iring-iringan mahasiswa mendapat pengawalan ketat dari aparat kepolisian. Mereka membawa serta aneka spanduk dan poster yang berisikan kritikan terhadap pemerintah.
Dalam orasinya, aksi yang bertema “Solo Raya Menggugat” ini menyampaikan tiga tuntutan besar. Yakni meminta pemerintah menstabilkan harga minyak goreng dan bahan pokok lainnya, mengkaji ulang rencana kenaikan harga BBM, dan menuntut penundaan proyek Ibukota Negara (IKN) baru.
Menurut massa aksi, rakyat sudah sangat menderita dengan mahalnya harga minyak goreng. Mereka menyayangkan ketidakmampuan pemerintah dalam mengendalikan harga jenis bahan pokok ini. Padahal, Indonesia adalah produsen sawit terbesar di dunia.
“Dengan minyak goreng naik, maka otomatis harga-harga kebutuhan pokok lainnya juga ikut naik. Rakyat jadi ibarat mati di lumbung padi. Kaya akan sawit tapi tidak bisa menikmati minyak goreng,” kata salah satu peserta aksi dalam orasinya.
Kemudian mahasiswa juga menyoroti rencana kenaikan BBM subsidi terutama untuk jenis solar dan Pertalite. Menurut mereka, kedua bahan bakar itu adalah konsumsi rakyat, sehingg jika sampai naik maka akan semakin memukul daya beli mereka.
Tuntutan terakhir yakni soal pemindahan IKN ke Kalimantan Timur (Kaltim) yang dirasa bukanlah kebutuhan yang mendesak. Apalagi di tengah kondisi perekonomian nasional yang masih terseok-seok dan utang yang terus menggunung. “Batalkan pemindahan ibukota, tak ada gunanya untuk rakyat!” teriak salah satu orator di atas mobil pikap. [wip]