(IslamToday ID) – Dalam setahun terakhir terjadi beberapa kali insiden kebakaran kilang minyak milik Pertamina. Terbaru, kilang minyak milik PT Kilang Pertamina di Balikpapan, Kalimantan Timur dilalap si jago merah pada Ahad (15/5/2022).
Akibat insiden itu, satu pekerja kontraktor tewas dan dua lainnya luka-luka. Menurut Manager Comm, Rel & CSR Refinery Unit VI Balikpapan PT Kilang Pertamina Internasional, Ely Chandra, api berhasil dipadamkan sekitar pukul 11.31 WITA.
Ely juga menerangkan sebanyak tiga pekerja menjadi korban insiden itu. Sebanyak dua korban berhasil diselamatkan. “Sedangkan satu orang lagi tidak berhasil diselamatkan merupakan pekerja kontraktor,” katanya seperti dikutip dari CNN Indonesia.
Kemudian pada 4 Maret 2022 kilang minyak di Balikpapan itu juga mengalami kebakaran. Kilang minyak tersebut sempat terbakar selama kurang lebih satu jam sebelum berhasil dipadamkan.
Kapolda Kalimantan Timur Irjen Imam Sugianto menerangkan, api semula terpantau pada sekitar pukul 10.35 WITA. Api berkobar tepatnya di Plant 3 Bravo HCC RU V PT Pertamina di jalan Yos Sudarso, Kecamatan Balikpapan Tengah.
“Flash (percikan api) di kilang RU V Pertamina Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur. Pada hari Jumat, 4 Maret 2022,” kata Imam.
Ia juga mengatakan, proses pemadaman dinilai rampung pada pukul 11.25 WITA. Namun, api kembali menyala pada pukul 11.37 WITA. “Hingga pukul 11.41 WITA, api mulai membesar kembali,” ujarnya.
Meski demikian, api yang kembali menyala itu dapat dipadamkan seutuhnya pada pukul 11.45 WITA. Imam juga menyampaikan proses pendinginan dilakukan hingga satu jam kemudian.
Kebakaran tangki kilang minyak juga pernah terjadi di Cilacap pada November 2021. Kebakaran sempat melanda tangki 36 T-102 di kilang minyak tersebut. Api sempat padam pada pukul 23.05 WIB, tetapi kembali berkobar.
Api baru berhasil dipadamkan total pada keesokan harinya, yakni 14 November pukul 07.45 WIB. Tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut.
Pada 11 Juni 2021 juga sempat terjadi kebakaran kilang minyak di Cilacap tersebut. Menurut keterangan Area Manager Communication, Relations & CSR Kilang Cilacap Hatim Ilwan, kebakaran menimpa salah satu tangki berisi benzena.
Kebakaran yang terjadi di area 39 Pertamina RU IV Cilacap ini berhasil dikendalikan kurang lebih satu jam setelah kejadian, yakni sekitar pukul 20.40 WIB.
Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) harus segera membenahi sistem keselamatan mereka agar kebakaran tidak terjadi.
“KPI kembali harus melakukan evaluasi terhadap sistem HSSE mereka, melakukan audit investigasi terhadap semua sistem safety mereka, serta melakukan kembali refreshment terhadap personil yang bekerja termasuk pihak ketiga,” ujar Mamit seperti dikutip dari MNC Portal Indonesia.
Untuk penyebabnya sendiri, Pertamina masih menginvestigasi lebih lanjut. Yang jelas, kebakaran terjadi karena adanya flash di Plant 5 kilang tersebut.
Jika ada pihak lain sengaja terlibat dalam insiden yang terus terjadi berulang kali ini, tentu harus disertai dengan pembuktian berupa hasil penyelidikan dari Pertamina.
“Saya tidak mau berspekulasi terkait mafia migas, karena mafia migas sampai saat ini agak sulit dibuktikan. Mudah-mudahan, ini lebih kepada kecelakaan murni saja,” ungkap Mamit.
Ia menegaskan, yang terpenting saat ini Pertamina harus menangani korban, baik yang luka maupun yang meninggal dunia, dengan baik dan tanpa perlakuan berbeda.
“Untuk yang meninggal saya kira perlu dikawal hak-hak keluarga mereka, karena ini terkait masa depan keluarga korban. Untuk yang dirawat, saya kira perlu mendapatkan pelayanan terbaik sehingga bisa sembuh seperti semula,” ujarnya.
Ada Unsur Kesengajaan?
Pengamat ekonomi energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi menilai, kilang merupakan aset yang berharga bagi sebuah perusahaan minyak dan gas bumi (migas). Kebakaran ini tentu memberikan dampak kerugian.
Ia mengatakan, kebakaran yang beruntun tersebut menjadi tanda jika sistem keamanan kilang buruk dan di bawah standar internasional.
“Menurut saya, kebakaran yang ini beruntun itu ya, dua tahun, sebelumnya sudah terjadi juga beruntun. Maka ini menandakan atau semakin menguatkan indikasi bahwa sistem keamanan kilang tadi sangat jelek, tidak sesuai dengan standar internasional. Karena kalau sesuai dengan standar harus mencapai zero accident,” katanya seperti dikutip dari DetikCom.
Kemudian, kebakaran ini menguatkan indikasi adanya unsur kesengajaan. Memang, untuk hal tersebut perlu pembuktian. Ia menerangkan, jika dugaan kesengajaan ini dikaitkan dengan mafia migas maka tujuannya ialah untuk memperbesar impor.
“Kalau mengacu kepentingan mafia migas misalnya, untuk menghalang-halangi pembangunan kilang, atau kemudian untuk menghambat penggunaan kilang, agar impornya akan semakin membesar tadi. Impor inilah mafia migas melakukan pemburuan rente,” terangnya.
“Apakah benar indikasi tersebut, saya nggak bisa membuktikan. Maka kita harus serahkan kepada aparat untuk membuktikan indikasi tersebut. Tapi selama ini kan pemeriksaan sebenarnya nggak pernah tuntas,” sambungnya.
Sementara, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro menilai kebakaran yang beruntun ini perlu menjadi perhatian banyak pihak. Meski demikian, ia menilai, ada berbagai kemungkinan yang menjadi penyebab kebakaran. Salah satunya, umur kilang yang relatif tua.
“Kalau saya lihat umur kilang menjadi faktor penentu, dan kilang-kilang kita sebagian besar kilang-kilang lama. Untuk perawatan juga saya kira membutuhkan biaya yang besar, risikonya juga cukup besar,” terangnya.
“Ini menjadi message peremajaan kilang itu menjadi penting, sehingga program RDMP atau GRR memang harus segera dilaksanakan atau diselesaikan,” tambahnya. [wip]