ISLAMTODAY ID—- Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati tengah berpacu dengan waktu untuk mengamankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Ia pernah memprediksikan ekonomi Indonesia tahun 2023 diliputi oleh awan tebal dan gelap.
Situasi-situasi seperti ancaman inflasi, kenaikan suku bunga, pengetatan likuiditas, dan pelemahan ekonomi, serta ketegangan geopolitik yang berdampak bagi perekonomian Eropa, Amerika Serikat, dan China.
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melalui Direktorat Pengelolaan Pembiayaan dan Resiko (DJPPR) mulai melirik uang milik emak-emak. Pandemi Covid-19 membuat pemerintah semakin intens mencetak Surat Berharga Negara (SBN) dalam bentuk surat utang negara (SUN), terutama untuk menyasar para kaum ibu dan milenial.
“Yang menarik mayoritas ibu-ibu dan anak-anak milenial (jadi Investor SBN)karena kita memecahnya sampai ke level Rp 500ribu,” kata Sri Mulyani dalam Rapat Kerja Kemenkeu dan Komisi XI DPR pada Rabu (31/8/2022).
Nominal yang makin kecil pada SBN ini menjadi daya tarik yang ditawarkan oleh pemerintah.
“Jadi mereka enggak perlu punya uang berpuluh-puluh juta untuk investasi, cukup setengah juta, sehingga mereka ikut mendanai pembangunan,” jelasnya.
Emak-emak dan anak milenial menjadi sasaran empuk seiring dengan makin sedikitnya investor asing yang bersedia membeli SUN pemerintah.
Terhitung sejak Januari 2022 lalu kepemilikan asing di SBN kita masih mencapai 19,5%% atau senilai dengan Rp 888,96 triliun.Jumlah tersebut terus merosot hingga 15,8% atau setara dengan Rp 771 triliun pada Juli lalu.
Pasca pidato Sidang Tahunan MPR kemarin pemerintah kembali mengeluarkan instrumen utang yang diberi nama Sukuk Negara Ritel (SR) seri SR017.
Bagi investor dalam negeri yang bersedia membeli SR017 ini dijanjikan akan menerima imbalan sebesar 5,9% bersifat tetap (fixed) per tahun bertenor 3 tahun, dengan jatuh tempo pada 10 September 2025. (Kukuh Subekti)