(IslamToday ID) – Laporan Bank Dunia (World Bank) menyebut harga beras di Indonesia paling mahal dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Mahalnya harga beras di Indonesia dipicu oleh dukungan harga pasar bagi produsen di bidang pertanian, yang terdiri dari kebijakan yang menaikkan harga domestik untuk produk pertanian pangan.
“Harga eceran beras Indonesia secara konsisten merupakan yang tertinggi di ASEAN selama dekade terakhir,” bunyi laporan Bank Dunia dikutip dari CNN Indonesia, Rabu (22/12/2022).
Kebijakan-kebijakan tersebut termasuk langkah-langkah perdagangan yang membatasi, misalnya tarif impor, pembatasan kuantitatif, monopoli impor BUMN untuk komoditas utama, dan tindakan non tarif lainnya, juga harga pembelian minimum di tingkat petani.
Tingginya harga beras juga disebabkan panjangnya rantai pasok, serta biaya distribusi yang tinggi karena kondisi geografis Indonesia.
Bank Dunia memprediksi tingginya harga pangan akan memperparah kerawanan pangan dan menyebabkan gizi buruk. Pada 2021, prevalensi gizi kurang di Indonesia meningkat menjadi 8,5 persen dari 7,6 persen pada 2019.
Di sisi lain, inflasi makanan cenderung berdampak negatif pada rumah tangga miskin dan rentan, karena rumah tangga yang lebih miskin membelanjakan bagian yang lebih besar dari pengeluaran mereka untuk makanan.
Maka dari itu, langkah-langkah kebijakan untuk memitigasi dampak inflasi pangan yang tinggi saat ini terhadap konsumen, investasi jangka panjang diperlukan untuk mengatasi tiga tantangan ketahanan pangan.
Tantangan itu adalah ketersediaan pangan (persediaan keseluruhan yang memadai), akses pangan (akses ekonomi dan fisik di tingkat rumah tangga), dan stabilitas dari waktu ke waktu.
Sementara, ekonom menilai laporan Bank Dunia yang menyebut bahwa harga beras di Indonesia lebih tinggi dari negara-negara ASEAN selama satu dekade terakhir harus diteliti lebih lanjut.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan, apabila dikonversikan ke mata uang dolar AS memang terkesan harga beras Indonesia lebih mahal.
“Saya kira memang harus dipelajari datanya kalau di dolar AS kan memang lebih mahal, tapi kita belum kaji apakah ini kalau dengan purchasing power parity (keseimbangan kemampuan berbelanja) sama atau tidak,” ujar Tauhid dikutip dari Bisnis.com, Kamis (22/12/2022).
Ia mengatakan, keseimbangan kemampuan berbelanja harus dilihat untuk menghitung sebuah alternatif nilai tukar antar mata uang dari dua negara. Menurutnya, harga beras di Singapura pun justru lebih mahal daripada di Indonesia.
“Beras di Singapura saya yakin lebih mahal dari kita, daripada di Indonesia karena harga di sana per kilogram pasti lebih mahal. Jadi memang harus dilihat kembali,” katanya.
Ia menilai yang harus diperhatikan bukanlah harga suatu beras yang mahal, melainkan laju inflasi yang ikut mengerek kenaikan harga beras. Meski begitu, ia mengungkapkan apabila masyarakat Indonesia mampu membeli harga beras, maka kesejahteraan dari masyarakat Indonesia justru mengalami peningkatan.
“Kalau kita mampu bayar, kesejahteraan meningkat biasanya, menurut saya wajar begitu, kita bayar lebih mahal, tapi kita mampu begitu,” ungkapnya.
Sementara itu, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan bahwa harga beras Indonesia paling murah setelah Vietnam. “Jadi harga beras yang paling rendah itu adalah Indonesia. Cuma Vietnam yang ada di bawah Indonesia. Tetapi jangan harganya naik yang dapat hanya pedagang, tapi petani nggak dapat. Kasihan juga karena cost produksi lagi naik, kenapa? BBM naik, pupuk naik 3 kali lipat,” ujar Syahrul.
Ia mengatakan, harga beras paling mahal terdapat di Singapura, yaitu Rp 26.000 per kilogram (kg), Timur Leste Rp 22.340 per kg, Myanmar Rp 20.000 per kg, Brunei Rp 19.000, Thailand Rp 17.000 per kg, Laos Rp 15.000 per kg, Malaysia Rp 13.720 per kg, Filipina Rp 12.800 per kg, Kamboja Rp 12.700, Indonesia Rp 12.300 per kg, dan Vietnam Rp 11.400 per kg. [wip]