(IslamToday ID) – Pengamat politik dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Mudiyati Rahmatunnisa menilai memasuki tahun politik, tahapan paling ramai dalam pemilu adalah kampanye. Walaupun ada waktu tersendiri untuk pelaksanaannya, namun jika memahami prosesnya maka tahapan penting ini dapat dilakukan oleh siapa pun jauh sebelum pendaftaran calon peserta pemilihan.
“Dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, jadi sudah dimulai proses kampanye itu oleh siapa pun. Tidak cuma kandidat, tim sukses, atau partai politik, tetapi sekarang karena kemajuan teknologi juga ya, sekarang itu profesi yang kemudian bisa membantu aktivitas kampanye juga sudah menjadi profesi yang umum kita temui,” kata Mudiyati dikutip dari Tempo.co, Selasa (3/1/2023).
Ada beberapa profesi yang dimaksud Ketua Program Pascasarjana Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unpad ini. Di antaranya adalah tim kampanye profesional, sukarelawan, dan buzzer politik.
Professional Campaigners
Baik di Indonesia maupun di luar negeri, menurut Mudiyati, banyak professional campaigner yang dipekerjakan oleh partai politik. Pekerjaan mereka tidak lain adalah membantu parpol dalam proses kampanye mereka untuk mencari suara agar menang dalam pemilihan. Namun perlu diingat bahwa professional campaigners ini berbeda dengan tim sukses.
Tenaga profesional seperti ini banyak dicari oleh para kandidat atau parpol yang akan maju dalam pemilihan, khususnya pada tahun politik seperti saat ini. Mereka ditunjuk untuk menyusun strategi dalam kampanye, menentukan bentuk komunikasi politik apa yang akan digunakan, hingga menyesuaikan target khalayak agar khalayak dapat percaya dan memilih mereka dalam pemilu.
Volunteer
Selain tenaga profesional, di Indonesia juga banyak orang-orang yang dengan sukarela meluangkan waktu mereka untuk mendukung jagoan mereka dalam pemilu. Volunteer ini biasanya adalah mereka yang memang sudah loyal pada satu kubu tertentu dan ingin mendukung jagoannya agar menang.
Volunteer kampanye umumnya memberikan dukungan positif dalam setiap kegiatan kampanye yang dilakukan jagoannya. Dukungan ini dapat dilakukan baik secara langsung maupun melalui media sosial. Yang biasanya dilakukan oleh sukarelawan di media sosial untuk mendukung pilihannya adalah dengan berkomentar pada postingan jagoannya.
Ada juga yang kemudian membagikan postingan partai atau kandidat pilihannya dengan kalimat promosi, bahkan ada pula yang dengan sengaja membuat akun-akun khusus untuk mendukung kubu pilihannya. Hal ini tentu sangat menguntungkan bagi parpol yang didukungnya, sebab mereka jadi memiliki pendukung yang siap mempromosikan mereka tanpa mengeluarkan biaya.
Buzzer Politik
Buzzer adalah orang-orang yang dibayar untuk mempromosikan suatu produk atau kegiatan. Tentunya buzzer politik memiliki peran dalam membantu parpol mengampanyekan kandidat mereka agar masyarakat memilih, atau setidaknya mengenal calon yang mereka bawa.
Umumnya, buzzer melakukan pekerjaan mereka di media sosial, baik itu di TikTok, Instagram, Twitter, Facebook, maupun platform lainnya. Mereka dituntut untuk membuat akun serta konten-konten yang menarik untuk mengajak audiennya agar memberikan suara kepada kandidat yang mempekerjakannya.
Menurut Mudiyati, ketiga profesi tersebut tidaklah selalu digunakan para peserta pemilu atau parpol. “Kembali lagi kepada kebijakan dari masing-masing kandidat atau parpol untuk menentukan sendiri apa yang mereka butuhkan demi memenangkan pemilihan. Apakah mereka bisa melakukan kampanye dengan tenaga timnya sendiri, maupun butuh bantuan lain,” pungkasnya. [wip]