(IslamToday ID) – Kementerian Perdagangan (Kemendag) meminta masyarakat mampu atau kaya untuk tidak membeli Minyakita, sebab minyak goreng kemasan produk pemerintah itu lebih diperuntukkan bagi masyarakat menengah ke bawah.
Staf Khusus Menteri Perdagangan Bidang Hubungan Antar Lembaga Syailendra mengatakan Minyakita diperuntukkan bagi masyarakat menengah ke bawah. Karena itu, minyak goreng tersebut diutamakan tersedia di pasar tradisional.
“Masyarakat menengah ke atas yang sudah biasa beli (minyak goreng) premium, ya sudah jangan pindah dulu (ke Minyakita). Sebaiknya mereka nggak usah pindah kan mampu beli (minyak premium),” katanya dikutip dari CNN Indonesia, Sabtu (18/2/2023).
Syailendra menuturkan jika masyarakat yang mampu membeli Minyakita, maka stoknya akan berkurang untuk masyarakat menengah ke bawah. “Kalau (masyarakat) menengah ke atasnya banyak, walaupun (beli) 1-2 liter kan jadi banyak juga,” ujarnya.
Syailendra juga mengatakan pembatasan pembelian Minyakita 2 liter per hari dilakukan agar minyak goreng pemerintah tersebut tidak dibeli oleh pedagang untuk dijual kembali. Menurutnya, hal itu bisa membuat harga Minyakita naik. “Pedagang menjual enggak tahunya yang beli pedagang juga, gimana harganya enggak jadi tinggi,” ujarnya.
Ia mengatakan bagi masyarakat umum harusnya cukup 2 liter per hari. Jika ada yang beli lebih dari itu, maka kemungkinan pembeli tersebut merupakan pedagang. “Kalau sekali beli satu dus, nah ini pasti mau dagang lagi. Itu terjadi di lapangan kemarin saya cek. Enggak bisa lagi seperti itu,” ujarnya.
Minyakita mendadak langka di sejumlah daerah sejak akhir Januari lalu. Kalaupun ada, harga jual dari pedagang melonjak di atas harga eceran tinggi (HET) Rp 14.000 per liter.
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan (Zulhas) pun kemudian membeberkan sejumlah alasan kenapa Minyakita langka di pasaran. Salah satunya program biodiesel B35 yang meningkatkan penggunaan CPO yang merupakan bahan baku minyak goreng.
Dalam program B35, pemerintah akan meningkatkan persentase campuran bahan bakar nabati ke dalam BBM jenis solar dari 20 persen pada B20 menjadi 35 persen. “B20 menyedot CPO 9 juta, begitu berubah jadi B35 tambah 4 juta, jadi 13 juta disedot,” ujar Zulhas, Senin (30/1/2023).
Selain itu, ia mengatakan kelangkaan Minyakita juga dipicu aksi serbu masyarakat karena kualitasnya premium tetapi harganya murah. Kemudian, Minyakita juga mudah ditemukan di mana saja. “Jadi semua ibu-ibu carinya Minyakita. Padahal jatahnya 300.000 ton per bulan. Tentu di pasar jadi kurang,” ujarnya. [wip]