(IslamToday ID) – Ekonom senior asal Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri menilai belum ada satu pun sosok yang berhasil melakukan reformasi perpajakan di Indonesia. Menurutnya, program reformasi pajak hampir selalu kandas, sebab kepala pemerintahan selalu berganti sebelum program reformasi pajak tuntas.
“Sampai sekarang belum ada sosok yang komprehensif tentang reformasi pajak kita, jadi masih belum (optimal),” kata Faisal dalam Podcast What The Fact! Politics CNNIndonesia.com, dikutip Senin (3/4/2023).
Ia mengibaratkan perpajakan itu ibarat menanam pohon. Jika bibitnya baik dan bisa dirawat dengan baik, maka buah yang dinikmati pun akan nikmat.
Dalam pajak, jika ekonominya bagus maka penerimaan untuk negara pun akan baik. Oleh karena itu, selain menyoroti pajak pemerintah juga perlu menjaga perekonomian dalam negeri.
Faisal pun mengatakan saat ini penerimaan pajak terbesar adalah dari industri manufaktur. Namun, kinerja sektor tersebut malah sedang menurun. Dengan kata lain pemerintah harus memberi perhatian pada industri manufaktur.
Di sisi lain, kata Faisal, pemerintah malah memberi karpet merah pada industri nikel asal China berbentuk tax holiday hingga bebas bea masuk. Menurutnya, jika hal itu terus berlanjut maka penerimaan pajak pun malah makin kecil.
“Jadi pajak adalah hasil dari apa yang kita upayakan, berarti yang kita tanam tidak berkualitas,” kata Faisal.
Pemerintah sebenarnya telah membentuk Tim Reformasi Perpajakan sejak Desember 2016 lalu, beberapa bulan setelah Sri Mulyani didapuk sebagai Menteri Keuangan RI di periode pertama Presiden Jokowi untuk menggantikan Bambang Brodjonegoro.
Reformasi dilakukan karena pemerintah memandang perekonomian Indonesia sudah kuat di berbagai tekanan global karena sinergi kebijakan fiskal, moneter, hingga riil. [wip]