(IslamToday ID) – Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menilai pandangan Presiden Jokowi soal kepemimpinan seperti tongkat estafet mengindikasikan yang bersangkutan kurang memahami situasi. Menurutnya, jika estafet tidak dari nol maka itu ada pada era Soeharto, di mana haluan negara di buat oleh DPR.
“Hari ini tidak, sehingga sangat mungkin estafet itu dimulai dari nol,” kata Dedi, Sabtu (17/6/2023).
Menurutnya, dalam konteks kepemimpinan nasional seharusnya yang dibahas bukanlah soal mulai dari nol, tetapi soal kepiawaian pemimpin dalam melanjutkan pembangunan. Artinya, jika sebelumnya ternyata tidak sesuai koordinat, maka dengan terpaksa tentu harus memulai arah baru, tidak kemudian harus melanjutkan. “Tetapi, jika memang sudah tepat, maka baiknya tinggal dilanjutkan,” jelas Dedi dikutip dari RMOL.
Ia kemudian mencontohkan kebijakan Jokowi yang tidak perlu dilanjutkan, yakni utang negara yang saat ini ditinggalkan. Ia memandang tidak dapat dilanjutkan.
“Itulah sebab harus ada kebijakan ekstrem yang bahkan harus menghapus kebijakan rezim terdahulu. Jokowi mungkin baik, tetapi tidak haram untuk tidak diikuti penerusnya,” pungkasnya.
Pendapat yang hampir sama juga disampaikan oleh pengamat politik dari Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga. Ia mengatakan kondisi masyarakat pada dasarnya dinamis. Apa yang dinilai baik hari ini, bisa jadi di masa mendatang justru sebaliknya.
“Analogi itu terkesan memandang masyarakat statis. Penilaian masyarakat tentang pembangunan saat ini seolah tidak akan berubah. Anggapan seperti itu tentu sangat tidak tepat,” katanya.
Apalagi, sambungnya, PDIP sebagai partai penguasa sependapat dengan pernyataan Jokowi yang tidak tepat itu. “Pola pikir seperti itu tentu sangat berbahaya, karena terkesan tidak peka terhadap perubahan masyarakat yang dilayani,” pungkas Jamiluddin.
Sebelumnya, PDIP sependapat dengan pernyataan Jokowi yang mengibarkan kepemimpinan nasional seperti tongkat estafet, bukan mesin pompa bensin, karena harus mulai dari nol lagi.
“Ya betul. Dari presiden ke presiden, melanjutkan apa yang belum dan meng-accelerate visi misi presiden sebelumnya,” kata Ketua DPP PDIP, Said Abdullah, Jumat (16/6/2023). [wip]