(IslamToday ID) – Pengamat politik Rocky Gerung turut bersuara perihal pernyataan Jokowi yang menyebut presiden boleh berkampanye dan memihak dalam Pilpres 2024. Dengan tegas ia mengatakan bahwa presiden tidak boleh berkampanye karena memiliki kekuasaan.
“Secara normatif tidak dilarang seandainya undang-undang memungkinkan, tetapi tidak ada undang-undang yang sekonyol yang dibuat oleh Indonesia yang mendua sebetulnya,” kata Rocky dikutip dari YouTube Rocky Gerung Official, Jumat (26/1/2024).
“Kenapa presiden tidak boleh berkampanye karena dia mempunyai kekuasaan. Bukan karena dia presiden atau karena Jokowi anggota PDIP, bukan,” lanjutnya.
Kalau presiden ikut berkampanye karena ia memiliki kekuasaan, maka akan dengan mudah menggunakan kekuasaan tersebut untuk kepentingan pribadinya.
“Misalnya Jokowi karena dia punya kekuasaan, dia perintahkan Panglima TNI dan Kapolri berpolitik. Bahayanya di situ. Seandainya perintah itu dibantah oleh Panglima TNI jadi kacau Indonesia, ada ketegangan politik,” jelasnya.
Rocky juga mengungkapkan alasan lain mengapa presiden juga tidak boleh berkampanye, karena buat apa ada pemilu kalau presiden bisa mengintervensi dengan alat perlengkapan negara yang masih dia miliki.
“Dan itu sudah terjadi pengerahan ASN sampai lurah-lurah segala macam, kepala dinas. Itu dasarnya. Itu yang kita sebut tidak fair karena presiden menggunakan peralatan yang berlebih dibandingkan dengan capres lain yang tidak punya peralatan. Etikanya di situ,” paparnya.
Rocky lantas membandingkan Jokowi dengan Soeharto. Menurutnya, Soeharto tidak pernah melanggar konstitusi. Sehingga itulah pentingnya pejabat publik mematuhi etika.
“Pak Soeharto itu tidak pernah melanggar konstitusi. Dia tidak pernah meminta jabatan seumur hidup atau perpanjang 30 tahun karena konstitusi nggak mengatur. Dan kita tahu akhirnya Pak Harto memanfaatkan sebuah peralatan negara untuk membenarkan kekuasaannya. Karena tidak ada yang mengatur di dalam undang-undang maka diatur oleh sistem etika. Apalagi kalau etikanya dimasukkan melalui TAP MPR,” pungkasnya. [ran]