(IslamToday ID) – Anggota Dewan Pembina Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini menyatakan putusan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) semakin menegaskan bahwa pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai wakil presiden problematik.
Dalam putusannya, DKPP menjatuhkan sanksi etik kepada seluruh komisioner KPU RI lantaran memproses pendaftaran Gibran sebagai calon wakil presiden (cawapres) untuk Pemilu 2024.
“Putusan DKPP ini menegaskan bahwa ada banyak masalah etika dalam proses pencalonan Gibran,” kata Titi dikutip dari Kompas, Selasa (6/2/2024).
Ia menyebut, putusan DKPP menyangkut persoalan etika. DKPP tidak boleh melampaui masalah penegakan etika, apalagi mengubah keputusan administratif penyelenggara pemilu.
Oleh karenanya, meski memutuskan KPU melanggar etik, DKPP menyatakan bahwa langkah KPU meloloskan Gibran dalam Pilpres telah sesuai dengan Putusan MK No 90/PUU-XXI/2023 mengenai syarat minimal usia calon presiden dan calon wakil presiden.
Atas putusan ini, DKPP seolah hanya menekankan soal pelanggaran etika para komisioner KPU, tanpa menyentuh implementasi Putusan MK. DKPP seakan hendak menyatakan bahwa putusan mereka tidak berkaitan dengan pencalonan Gibran.
Kendati begitu, Titi mengatakan, ini tak mengesampingkan fakta bahwa pencalonan Gibran pada Pilpres 2024 memang bermasalah.
“Putusan DKPP tidak dapat digunakan untuk mendiskualifikasi Gibran, namun pelanggaran etika tersebut akan terus digunakan untuk mendelegitimasi pencalonannya yang memang problematik sejak awal,” ujarnya.
Titi menduga putusan DKPP ini tak akan banyak berpengaruh terhadap pencalonan Gibran. Selain karena putusan tersebut tidak dapat dijadikan dasar untuk mendiskualifikasi, pun mendorong Gibran supaya mundur dari Pilpres seolah mustahil.
Sebab, UU No 7 Tahun 2017 tentang Pemilu mengatur larangan mundur bagi capres atau cawapres yang sudah ditetapkan sebagai pasangan calon tetap. “Sebagaimana diatur dalam Pasal 236 ayat (2), Pasal 552, dan Pasal 553 UU No 7 Tahun 2017 yang mengatur ketentuan pidana dan denda bagi calon yang mengundurkan diri,” jelas Titi.
Namun demikian, lanjutnya, putusan DKPP ini dapat digunakan sebagai pertimbangan para pemilih untuk rasional dan kritis. Pemilih diharapkan menggunakan hak pilih dengan menimbang segala aspek terkait capres-cawapres, sehingga pilihan bisa dijatuhkan secara benar, bijaksana, dan bertanggung jawab.
“Tidak mengabaikan dinamika yang terjadi, justru itu jadi referensi dalam menjatuhkan pilihan. Apalagi mengingat Pilpres sudah dalam hitungan hari,” pungkasnya. [wip]