(IslamToday ID) – Pengamat politik Universitas Al Azhar, Ujang Komarudin merespons pernyataan capres 01 Anies Baswedan yang bersikukuh menjalankan perubahan meski peluangnya menang di Pilpres 2024 kecil.
Menurut Ujang, keteguhan Anies merupakan hal yang baik karena sebagai seorang politisi harus memegang tegus sikap konsisten.
“Politisi itu harus konsisten, harus menjaga marwahnya sehingga politisi itu berkarakter, bermoral. Selama ini politisi dinilai oleh publik banyak yang tidak konsisten, tidak menepati janji, sehingga masyarakat memberikan penilaian buruk terhadap politisi,” kata Ujang dikutip dari YouTube CNN Indonesia, Jumat (16/2/2024).
“Sejatinya untuk memperbaiki citra politisi, kubu yang kalah, capres-cawapres yang kalah punya karakter untuk tidak tergoda masuk wilayah kekuasaan,” sambungnya.
Karena, menurutnya, untuk dapat mengabdikan diri kepada bangsa dan negara seorang negarawan tidak harus berkuasa.
“Menjadi oposan, menjadi oposisi yang mengkritisi pemerintah sama mulianya dengan yang memiliki kekuasaan itu,” tuturnya.
Sementara, mengenai partai yang mengusung Anies dalam Pilpres, salah satunya Nasdem, Ujang melihat akan lebih baik apabila partai pimpinan Surya Paloh tersebut juga menjadi oposisi.
“Tergantung dari keputusan Pak Surya Paloh sebagai pimpinan Nasdem, apakah akan bergabung dengan kubu yang menang Prabowo-Gibran atau di jalur oposisi. Kalau saya melihat, bagusnya PDIP dan Nasdem beroposisi sehingga tidak semua partai politik menggenggam kekuasaan. Tapi juga ada pihak yang mengontrol kekuasaan itu agar tidak salah jalan,” ujarnya.
Karena kalau semua orang berkuasa dan semua orang dalam partai politik menjadi menteri, tidak ada pihak yang akan mengingatkan pemerintah. “Kalau semua partai politik bergabung ke pemerintahan maka rakyat akan menilai mereka ditinggalkan,” kata Ujang.
Sementara, untuk Muhaimin Iskandar (Cak Imin) sendiri, Ujang melihat apabila Ketum PKB tersebut akan mengambil langkah sebagai koalisi apabila mendapatkan kesempatan.
“Kalau saya lihat akan diambil (kesempatan koalisi). Kita tahu bahwa DNA-nya PKB itu ada dalam kekuasaan. Kita lihat pasca reformasi selalu masuk dalam pemerintahan. Saya melihat kalkulasi untuk mendukung pemerintahnya lebih besar dibanding harus menjadi oposisi,” pungkasnya. [ran]