(IslamToday ID) – Pengamat politik BRIN Siti Zuhro meminta di akhir masa kerjanya Presiden Jokowi mengakhirinya dengan baik, bukan justru semakin memperpanjang tindakan cawe-cawe yang dilakukannya.
“Pak Jokowi kan sudah dua periode maka berakhirlan dengan khusnul khotimah. Maka tugas pokok Pak Jokowi di dua periode terakhir ini mau purna bakti adalah mengantarkan pemilu ini betul-betul berkualitas, damar, free and fair, dan sebagainya. Bukan cawe-cawe yang dipanjangin,” kata Siti dikutip dari YouTube KOMPASTV, Kamis (14/3/2024).
Adanya keinginan untuk terus cawe-cawe yang dilakukan Jokowi ditakutkan Siti nantinya akan menjadi sebuah kebiasaan atau gejala yang sifatnya negatif.
“Ingin terus in power ini (jadi) sindrom nanti. Dan dalam demokrasi itu tidak mengenal kultus. Demokrasi itu duduk sama rendah berdiri sama tinggi, dan ada pemilu,” lanjutnya.
Sehingga pemilu inilah yang menjadi ajang bagi partai politik yang notabne adalah pilar dan aset negara. Sementara pemilu tahun ini diikuti oleh parta-partai yang standingnya tidak cukup kuat bahkan untuk mengusulkan capres-cawapres.
“Saya melihat partai-partai politik tidak dalam posisi yang sangat powerfull untuk mengatakan sesuatu, sehingga ada anggapan bahwa Pak Jokowi harusnya mengatur semuanya. Tidak bisa seperti itu. Ini demokrasi bukan sistem kerajaan. Demokrasi memberikan (hak yang sama) bahkan partai-partai memberikan payung di dalam konstitusi. Dialah partai politik, gabungan partai politik yang bisa mengusung capres-cawapres. Bukan Pak Jokowi, bukan relawan,” paparnya.
Sehingga Siti melihat semua tindakan yang dilakukan Jokowi untuk mengakhiri masa jabatannya kurang berkesan, meski kesan awal yang ditampilkan adalah kesederhanaan dan demokratis.
“Kita harus melihat yang substansinya, ending yang seperti apa? Ending yang seperti ini yang tidak kita kehendaki. Tolong sebelum kebablasan ini tolong (juga) partai yang belum punya suara di (parlemen) tunjukkan dulu prestasinya jangan terburu-buru (PSI),” tuturnya. [ran]