(IslamToday ID) – Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto menyebut daya beli masyarakat kelas menengah di Ramadan dan lebaran 2024 lesu. Hal ini disebabkan karena banyak faktor, salah satunya tekanan harga kebutuhan yang memang sudah mahal sejak awal tahun.
“Masyaraka telah mengalami tekanan harga sejak awal tahun atau bahkan sejak akhir tahun 2023. Dimulai dari kenaikan harga kebutuhan pokok sehingga ada daya beli yang tergerus,” kata Eko seperti dikutip dari YouTube CNBC Indonesia, Jumat (29/3/2024).
Meski jelang lebaran ada pembagian tunjangan hari raya (THR), namun itu dianggap belum mampu mengerek kemampuan daya beli masyarakat.
“Ada THR yang dibagikan penuh bagi PNS, tapi kalau dilihat secara data sebetulnya jumlah PNS kita totalnya 4,3 juta, sementara data pekerja formal kita 57 juta. Jadi artinya tidak ada 10 persen yang mendapat THR penuh. Kita juga harus melihat apakah pekerja formal di sektor swasta, apakah juga mendapatkan THR penuh. Kalau tidak nanti juga akan menimbulkan problem daya beli,” bebernya.
Tidak hanya daya beli bahan pokok saja yang mengalami penurunan. Penurunan juga terjadi di sektor otomotif. Padahal, kata Eko, menjelang lebaran biasanya masyarakat berbondong-bondong membeli kendaraan.
“Menjelang lebaran penjualan kendaraan itu justru naik karena mereka ingin mudik menggunakan kendaraan baru dan ikut menunjukkan tingkat ekonominya. Tapi dari data yang ada menunjukkan penurunan yang sangat drastis. Itu menunjukkan masyarakat kelas menengah yang biasanya bisa ganti-ganti kendaraan itu mulai berpikir dan mengevaluasi kalau kondisi ekonominya tidak secerah tahun lalu,” jelas Eko.
Lemahnya daya beli dan menurunnya pendapatan masyarakat kelas menengah di tahun 2024, disebut Eko, juga merupakan dampak dari turunnya harga komoditas.
“Secara umum ekonomi kita tahun lalu (2023) banyak disupport oleh kenaikan harga komoditas. Pada tahun ini harga komoditas sudah mulai landai walaupun harganya masih tetap tinggi, tapi tidak setinggi tahun lalu. Ini lalu berimplikasi kepada ekonomi kita, walaupun mungkin juga masih bisa tumbuh 4,8 persen, tapi sedikit lebih rendah dari momen tahun lalu,” ucapnya. [ran]