(IslamToday ID) – Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddi Muhtadi mengatakan ada kemarahan dan kekecewaan mendalam di sikap Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang menyebut PDIP khilaf saat mencalonkan Gibran Rakabuming menjadi walikota Solo pada 2020 silam.
Tak hanya itu, dalam pernyataannya Hasto juga mengumpamakan Gibran seperti sopir truk di bawah umur yang baru-baru ini menyebabkan kecelakaan di pintu Tol Halim karena melaju ugal-ugalan.
“Saya menangkap kejengkelan yang luar biasa yang dirasakan Pak Hasto kepada Pak Jokowi dan Mas Gibran, karena untuk kesekian kalinya Mas Hasto melontarkan serangan, kekecewaan, dan kemarahan terbuka kepada Pak Jokowi dan Mas Gibran,” kata Burhan dikutip dari YouTube Kompas TV Balikpapan, Senin (1/4/2024).
“Sesuatu yang secara personal kita bisa memahami Mas Hasto yang mungkin merasa partainya itu berjuang dari bawah hingga ujung mengusung PakJokowi, termasuk juga putranya sebagai walikota Solo hingga akhirnya Pak Jokowi maju sampai tingkat presiden. Itu menjadi perselisihan politik luar biasa yang memisahkan PDIP dengan keluarga Pak Jokowi,” sambungnya.
Selama ini Burhan melihat bahwa Hasto memang sering mengungkapkan isi hati atau kekecewaannya kepada keluarga Jokowi di publik. Ia menilai curhatan tersebut selain isi pribadi tidak menutup kemungkinan juga merupakan perwakilan dari kekecewaan Megawati Soekarnoputri sebagai Ketum PDIP.
“Tetapi dari bahasa yang lugas tentu pernyataan yang disampaikan oleh Mas Hasto langsung dari dirinya, meskipun garis besarnya mungkin mewakili suasana hati Ibu Mega. Tetapi secara verbatin itu pernyataan yang dikeluarkan oleh Mas Hasto itu keluar dari Mas Hasto sendiri,” tuturnya.
Burhan juga melihat adanya garis merah antara penyataan yang diungkapkan Hasto kepada Gibran dengan sengketa di Mahkamah Konstitusi (MK) yang saat ini sedang berlangsung.
Meski dalam gugatannya PDIP tidak mempersoalkan masalah angka, namun pihak 03 ingin membuktikan adanya keterlibatan Jokowi terhadap kemenangan Prabowo-Gibran, sehingga dibangunlah narasi tersebut.
“Jadi narasi yang dipakai, strategi sidang yang dipakai, adalah narasi kualitatif yang mengaitkan keterlibatan Presiden Jokowi dianggap langsung atau tidak langsung membuat kemenangan Pak Prabowo dan Mas Gibran. Jadi narasinya kualitatif, Mas Hasto coba mengaitkan posisi Mas Gibran sebagai putra presiden dengan sopir truk yang menabrak di gerbang Tol Halim,” pungkasnya. [ran]