ISLAMTODAY — Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI, Bambang Soesatyo mengatakan ada dua tantangan utama yang dihadapi Indonesia dalam situasi krisis global. Dua hal tersebut ialah tentang angka defisit APBN dan proporsi utang luar negerinya.
“Defisit anggaran yang harus kembali ke angka kurang dari 3% pada tahun 2023 menjadi tantangan utama karena kondisi pemulihan yang tidak menentu,” kata Bambang dalam pidatonya dalam Sidang Tahunan MPR pada Selasa (16/8/2022).
“Selain itu peningkatan utang yang sungguh signifikan menimbulkan beban pembayaran bunga tambahan,” terangnya.
Selain harus memperhatikan dua hal itu pemerintah juga diminta untuk memperhatikan sejumlah tantangan di sektor fiskal dan moneter secara umum. Pada sektor fiskal pemerintah dihadapkan pada situasi normalisasi defisit anggaran, menjaga proporsi utang luar negeri terhadap PDB serta keberlanjutan pembiayaan infrastruktur.
Bambang mengingatkan kepada pemerintah mampu mengendalikan laju inflasi yang bisa membahayakan perekonomian nasional. Berdasarkan data BPS laju inflasi Indonesia per Juli ada di level 4,94%, pada bulan Agustus diprediksi akan meningkat antara 5% sampai 6%.
“Bahkan pada bulan September mendatang kita diprediksi akan menghadapi ancaman hyper inflasi. Kita diprediksi akan masuk pada kisaran 10 hingga 12%,” ujar Bambang.
Bambang menambahkan laju inflasi biasaya akan disertai dengan adanya kenaikan harga pangan dan energi (BBM). Situasi ini tentu makin membebani masyarakat yang baru saja bangkit usai pandemi.
Indonesia juga menghadapi tantangan dengan kenaikan harga minyak. Naiknya harga BBM juga dibarengi dengan ketidakmampuan APBN dalam memberikan subsidi kepada masyarkaat.
“Selain beban subsidi untuk BBM, Pertalite, Solar dan LPG sudah mencapai Rp 502 triliun. Kenaikan harga minyak yang terlalu tinggi tentunya akan menyulitkan kita dalam mengupayakan tambahan subsidi untuk meredam tekanan inflasi,” jelas Bambang.