(IslamToday ID) – Menteri Kesehatan 2004-2009 yang juga pernah menjadi Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) periode tahun 2010-2014, Siti Fadilah Supari mendesak pemerintah untuk transparan soal nyamuk Wolbachia. Apakah program penyebaran nyamuk-nyamuk yang telah diselipkan sel ‘wolbachia’ itu bagian dari penelitian atau kebijakan pemerintah, dan sudah seharusnya ada pihak yang bertanggungjawab.
Siti Fadilah mengingatkan pemerintah untuk jangan membuat rakyat panik dan terkejut dengan penyebaran nyamuk yang diklaim untuk penurunan kasus DBD. Pemerintah seharusnya lebih bijak dalam mempertimbangkan dampak kerugian jika itu sebuah kebijakan menyangkut hak hidup rakyat. “Pemerintah harus transparan pada rakyat Indonesia, jangan rakyat jadi kaget-kaget,” kata Siti Fadilah dilansir dari channel youtube Siti Fadilah Supari Channel ‘Pro Kontra Penyebaran Nyamuk Wolbachia di Indonesia Ada Agenda Terselubung?’ edisi Jumat 17 November 2023.
“Kalau penelitian, BRIN harus mendampingi, kalau implementasi program pasti harus ada kajian. Kalau ada apa-apa siapa yang akan bertanggungjawab?,” tandasnya. Ia juga mempertanyakan urgensi program penyebaran nyamuk tersebut. Padahal dalam beberapa tahun terakhir tidak ada kasus demam berdarah yang serius di Indonesia selain itu Kemenkes juga memiliki program konvensional yang efektif seperti gerakan 3M dan PSN (Pembersihan Sarang Nyamuk).
“Tiba-tiba nyamuk dimasukkan sebagai program alternatif menurut saya, ini yang mesti tanda tanya besar, karena saya pernah menjadi menteri kesehatan, saya jadi berpikir kenapa kita mesti memanggil nyamuk?,” ucap Siti Fadilah. Rencana penyebaran nyamuk ini ditandai dengan keluarnya Surat Keputusan Menteri Kesehatan (SK Menkes) RI Nomor HK.01/07/MENKES/1341/2022 tentang Penyelenggaraan Pilot Project Penanggulangan Dengue dengan Metode Wolbachia. Pemerintah saat itu menetapkan 5 daerah sebagai pilot project diantaranya Semarang, Jakarta Barat, Bandung, Bontang, Kupang dan belakangan ada Bali.
Siti Fadilah menegaskan pihaknya tidak mempermasalahkan adanya penelitian yang dilakukan oleh pakar UGM yang bekerjasama dengan pihak World Mosquito Program (WMP) yang didanai oleh Bill Gates dan Tahija seorang konglomerat Indonesia yang juga pernah mensuport penelitian virus Corona di UGM. Namun ia hanya mempermasalahkan urgensi apa dibalik penyebaran nyamuk Wolbachia. “Soal penelitian it’s ok, bahwa itu dibuktikan bisa menurunkan tapi apakah kita butuh itu di Indonesia, itu butuh pengkajian lagi,” tegasnya.