(IslamToday ID) – Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Firli Bahuri mendadak mencurahkan isi hatinya setelah pensiun dari kepolisian justru diperiksa oleh lembaga tempatnya mengabdi. Ia mengaku sebagai anggota Polri sudah 40 tahun, Gedung Markas Besar (Mabes) Polri bekas kantornya terasa ‘asing’.
“Kemarin pada 16 November 2003 adalah hari di mana saya telah mengabdikan kepada negeri ini selama 40 tahun. Tetapi kemarin saya harus bertanya kepada diri saya apakah benar saya pernah selama itu mengabdi di sana (Mabes Polri) dan mengapa markas besar itu terasa asing bagi saya?,” ujar Firli dilansir dari liputan6com, 20 November 2023.
Ia juga mengaku merasa dalam posisi sulit, kasus dugaan pemerasan terhadap eks Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyeret dirinya. Padahal kasus korupsi di Kementerian Pertanian itu tengah ditangani KPK, ia merasa mendapat serangan balik dari koruptor.
“Benar bahwa demikian beratnya posisi saya saat ini dengan melawan serangan balik dari para koruptor, itu dihadapi dengan gagah berani tanpa menyerah dan mengenal lelah untuk membersihkan negeri ini dari praktik korupsi. Dan pastilah akan terjadi perlawanan dari para koruptor,” ujar Firli.
Sikap Firli yang terkesan menjadi korban kriminalisasi tersebut pun mendapat tanggapan dari Indonesian Corruption Watch (ICW). Kesimpulan ini didapat setelah ICW mencermati video pemaparan Firli.
“ICW merasa purnawirawan jenderal bintang tiga kepolisian itu sedang memainkan peran seolah-olah dirinya adalah korban kriminalisasi,” ungkap Peneliti ICW, Kurnia Ramadhana dilansir dari detikcom, Rabu (22/11/2023).
“Hal itu bisa dibuktikan dengan beragam diksi dan kalimat yang Firli ucapkan, mulai dari kondisi abnormal, butuh jeda, merasa asing di mabes Polri, dan serangan balik koruptor,” imbuhnya.
Kurnia menilai pernyataan Firli sebagai ‘korban’ sangat tidak relevan untuk disampaikan. Integritasnya berdasarkan rekam jejaknya selama menjadi pejabat di KPK dinilai bermasalah. Ia juga meminta agar kasus ini mendapat atensi dari Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo mengingat Polda Metrojaya dinilai lambat dan kurang bisa bersikap tegas.
“Kalau saja Firli paham, model narasi seperti itu sebenarnya tidak lagi relevan ia ucapkan. Sebab, masyarakat sudah tahu bagaimana rekam jejak Firli di KPK yang terbilang sangat buruk, terutama berkaitan dengan integritasnya,” ujar Kurnia.
“ICW merasa sudah saatnya Kapolri turun tangan mengambil alih seluruh penanganan perkara melalui Bareskrim Polri. Sebab, rangkaian proses hukum terhadap pimpinan KPK yang dilakukan Polda sangat lambat dan berlarut-larut,” tandasnya.