ISLAMTODAY ID— Para ulama yang tergabung dalam Tentara Kanjeng Nabi Muhammad juga mendesak pembentukan Raad Oelama atau Dewan Oelama.
Desakan ini dipicu berbagai peristiwa. Pertama, terjadinya penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW dan fitnah terhadap pendiri Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan.
KH. Ahmad Dahlan difitnah menyetujui penerbitan tulisan Djojodikoro dalam Djawi Hisworo yang menghina nabi Muhammad SAW.
“Fitnah tersebut menjelaskan bahwa tulisan yang menghina Nabi Muhammad SAW sudah mendapat persetujuan dari Haji Ahmad Dahlan,” jelas Adhyt dalam Tjokroaminoto dan Tentara Kanjeng Nabi Muhammad (TKNM).
Faktor kedua yang melatarbelakangi desakan pembentukan Raad Oelama ialah sikap kekecewaan terhadap kinerja Raad Agama yang dibentuk pemerintah kolonial Belanda.
Melalui Raad Agama, pemerintah kolonial Belanda menyokong penuh gerakan Kritenisasi. Bahkan pemerintah kolonial Belanda mengalirkan dana sebesar 1 juta gulden demi suksesnya misi kritenisasi.
“Pemerintah justru menggunakan uang tersebut untuk membantu menyebarkan agama Kristen,” ungkap Adhytiawan Soeharto dalam bukunya Sarekat Islam Surakarta 1912-1923.
Dua alasan ini disampaikan Tjrokroaminoto dalam vergadering atau pertemuan TKNM pada 9 Mei 1918.
Desakan pembentukan Raad Oelama ternyata tidak mudah. Namun Komite TKNM dan para aktivis Sarekat Islam (SI) terus berupaya agar Raad Oelama terbentuk.
Dalam perkembangannya pendirian Raad Oelama menjadi salah satu rekomendasi hasil Kongres Al- Islam pertama yang berlangsung di Kota Solo pada 13 April 1919.
Hasil kongres tersebut kemudian diterima oleh pemerintah Belanda pada Desember 1919.
Penulis: Kukuh Subekti