“Tidaklah wajar untuk melihat Indonesia sebagai sapi perahan yang disebabkan hanya karena susu. Tidaklah pada tempatnya untuk menganggap negeri ini sebagai suatu tempat di mana orang-orang datang dengan maksud mengambil hasilnya, dan pada saat ini tidaklah lagi dapat dipertanggungjawabkan bahwa penduduknya adalah penduduk pribumi, tidak mempunyai hak untuk berpartisipasi di dalam masalah-masalah politik, yang menyangkut nasibnya sendiri, tidak bisa lagi terjadi bahwa seseorang mengeluarkan undang-undang dan peraturan untuk kita, mengatur hidup kita tanpa partisipasi kita.”
(HOS Tjokroaminoto, Bandung Juli 1916)
ISLAMTODAY ID— Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto merupakan sosok pejuang yang berjihad di bidang sosial ekonomi. Ia merupakan tokoh besar di balik Sarekat Islam (SI).
Tjokroaminoto memutuskan untuk bergabung dengan organisasi sosial ekonomi, Sarekat Dagang Islam (SDI) pada tahun 1912. Ia juga tokoh dibalik berubahnya nama SDI menjadi SI.
Ketokohannya dalam SI makin bersinar semenjak ia menjadi Ketua SI di tahun 1914. Berbagai gebrakan sosial ekonomi pun ia lakukan untuk memberdayakan umat Islam di Hindia Belanda.
Kiprah Tjokroaminoto dan SI dalam bidang sosial ekonomi ini seperti diungkapkan oleh Anggit Rizkianto dalam bukunya Jalan Dakwah Sarekat Islam. Ia menilai upaya Tjokroaminoto tidak bisa dilepaskannya dari ikhtiar untuk menyelamatkan umat Islam Hindia Belanda dari aksi kaum pemodal yang terus menerus menyengsarakan rakyat.
Dalam Kongres Nasional SI di Bandung tahun 1916 banyak dibahas berbagai persoalan dan isu-isu sosial ekonomi seperti tuan tanah, usaha-usaha melawan kekuatan pemodal asing, pembentukkan organisasi buruh, hingga mendirikan bank syariah.
“Kongres Nasional SI tahun 1916, mulai (dibahas) masalah-masalah partikelir tepatnya mengenai masalah banyaknya tanah yang dikuasai oleh para tuan tanah,” ungkap Rizkianto.
Rizkianto menjelaskan pula dalam rangka melawan para pemodal SI dibawah pimpinan Tjokroaminoto membentuk berbagai organisasi khusus kaum buruh dan pekerja. Diantaranya Perserikatan Pegawai Pegadaian Bumi Putera (PPPB), Perkumpulan Vereniging Inheems Personeel B.O.W (VIP BOW), PB Chauffeurs-Bon atau Perkumpulan Para Sopir Seluruh Jawa.
“Serikat-serikat buruh tersebut didirikan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan ekonomi buruh serta memperkuat posisi mereka terhadap para majikannya,” jelas Rizkianto.
Selanjutnya pada tahun 1919 dibentuklah federasi organisasi serikat buruh bernama Persatuan Pergerakan Kaum Buruh (PPKB). Organisasi tersebut menuntut didirikan Dewan Rakyat dengan prinsip ‘Dari Rakyat Untuk Rakyat’.
Pada tahun yang sama didirikan Bank Qirodl. Bank tersebut menggunakan sistem bagi hasil atau mudharabah yang dalam budaya Indonesia kita kenal dengan istilah sistem koperasi.
“Bank yang didirikan dan dijalankan dengan prinsip koperasi,” ungkap Rizkianto.
Rizkianto juga menambahkan pendapat Sumarno dalam Perjuangan Negara Demokrasi HOS Tjokroaminoto: Telaah Historis Pemikirannya Dalam Pergerakan Nasional Sarekat Islam 1912-1934.
Ia menyimpulkan tiga hal: pertama, bersifat reaktif terhadap Pemerintah Hindia Belanda. Hal itu sebagai reaksi terhadap diskriminasi pemerintah dalam hal ekonomi, sosial, dan politik serta dominasi asing lainnya; kedua, perjuangan ke arah rekonstruktif terhadap kehidupan bangsa yang terbelakang dalam bidang ekonomi dan sosial; ketiga, perjuangan politik untuk memutuskan nasib sendiri.
Selain itu pada era kepemimpinan HOS Tjokroaminoto, SI juga mendirikan sejumlah lembaga sosial. Lembaga-lembaga sosial seperti Khazanah al-Amwal dan Waliyyah al-Zakah misalnya bertujuan untuk perbaikan ekonomi rakyat Hindia Belanda.
Penulis: Kukuh Subekti