RAMALLAH, (IslamToday.id) — Sejak sembilan tahun yang lalu, Fatima Atallah, 38 tahun, terpaksa menyambung kehidupan dan menjadi pencari nafkah tunggal keluarga usai suaminya ditangkap oleh pasukan Israel dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.
Sebagai seorang ibu dari dua anak, wanita muda Palestina itu tidak menemukan cara lain selain mengambil alih tugas menyediakan kebutuhan keuangan anak-anaknya.
“Putra saya masih berusia tiga tahun dan putri kami hampir satu tahun ketika suami saya ditangkap,” tutur Fatima.
Setelah penangkapan suaminya, Fatima mulai bekerja di dua tempat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari anak-anaknya.
Fatima bekerja di sebuah perusahaan kecil di utara kota Nablus, Tepi Barat, dan menjalankan bisnis border kecil-kecilan.
Meskipun Fatima menerima alokasi bulanan dari Otoritas Palestina yang berbasis di Ramallah, jumlahnya tidak mencukupi untuk kebutuhan keluarganya.
Menurut angka resmi, Otoritas Palestina mengalokasikan sekitar USD400 untuk setiap keluarga yang keluarganya ditahan di penjara-penjara Israel.
“Kami kehilangan banyak hal dan menderita banyak masalah keuangan karena ketidakhadiran suami saya,” jelas Fatima.
“Saya selalu merasa bahwa anak-anak merasa rendah diri dan sedih karena ayah mereka tidak bersama mereka seperti anak-anak lainnya,” imbuhnya.
Fatima juga merasa sedih karena tidak bisa menyediakan semua yang dibutuhkan anak-anaknya.
“Saya mendapat penghasilan kecil dan semua dihabiskan untuk pendidikan dan kebutuhan dasar hidup,” tukasnya.
Baru-baru ini, Fatima berhasil memasarkan produknya melalui asosiasi lokal, berharap akan membantu meningkatkan kondisi kehidupan keluarganya.
Perempuan, Tulang Punggung Keluarga
Kisah perempuan Palestina lainnya, Salma Zidan, 42 tahun, Ia juga bertanggung jawab atas keluarganya sejak suaminya ditangkap pada 2002 dan dipenjara selama 37 tahun di Israel.
“Selama 17 tahun terakhir, saya telah menjadi pencari nafkah keluarga saya,” tutur Salma, dikutip dari AA. Anaknya, Karam, baru berusia tiga tahun ketika suaminya ditangkap.
“Sekarang, anak saya berusia 20 tahun dan sedang belajar kedokteran. Saya telah bekerja keras untuk membesarkan dan mendidiknya sendiri tanpa dukungan suami saya,” kisahnya.
Salma mengelola sebuah toko dengan sekelompok wanita yang menjual sup khas Palestina yang terbuat dari minyak zaitun.
“Proyek ini telah membantu menyediakan pekerjaan bagi lima wanita dan membantu mereka membiayai keluarga,” jelasnya.
Menurut data Palestina, sekitar 5.700 dipenjara di fasilitas penahanan Israel, termasuk sejumlah wanita dan ratusan anak di bawah umur.
Perjuangan Hidup Keluarga
Kepala LSM Masyarakat Tahanan Palestina, Qadura Fares, mengatakan penangkapan para suami oleh Israel menjerumuskan keluarga-keluarga Palestina pada penderitaan yang tak berkesudahan.
“Sebagian besar dari mereka kehilangan hak yang paling dasar,” tuturnya, dikutip dari AA.
Qadura Fares mengatakan ribuan anak-anak Palestina hidup tanpa ayah atau ibu karena penangkapan Israel.
Fares memperingatkan bahwa penangkapan para suami memiliki dampak buruk bagi masyarakat Palestina, khususnya keluarga para tahanan.
“Dalam banyak kasus, Israel menolak kunjungan keluarga ke banyak tahanan Palestina, yang bertentangan dengan tanggung jawab dan tugas kekuasaan pendudukan di bawah hukum internasional,” ujar Fares.
Pihaknya kemudian menyerukan komunitas internasional untuk campur tangan dalam mengakhiri pelanggaran Israel terhadap hak-hak tahanan Palestina dan keluarga mereka.