(IslamToday ID) – Ketegangan hingga saling ancam dengan senjata nuklir terjadi antara Rusia dan Amerika Serikat (AS). Pemerintah Rusia melontarkan ancaman serangan nuklir terhadap AS jika Washington melakukan serangan rudal balistik dengan hulu ledak nuklir berdaya rendah (low-yield) terhadap Moskow.
Moskow menegaskan upaya AS menggunakan senjata seperti itu terhadap Rusia akan memicu pembalasan nuklir habis-habisan.
Departemen Luar Negeri (Deplu) AS dalam sebuah makalah yang dirilis pekan lalu berargumen bahwa menyesuaikan hulu ledak nuklir berdaya rendah dengan rudal balistik yang diluncurkan kapal selam akan membantu melawan potensi ancaman baru dari Rusia dan China.
Deplu menuduh Moskow mempertimbangkan penggunaan senjata nuklir non-strategis sebagai cara pemaksaan dalam konflik terbatas, sebuah tuduhan yang berulang kali dibantah Rusia.
Rusia, melalui juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Maria Zakharova mengatakan, langkah AS itu sebagai tindakan berbahaya, tindakan destabilisasi dan upaya mengaburkan secara sengaja antara senjata non-strategis dan strategis.
“Itu akan mengarah pada ambang batas yang lebih rendah dan peningkatan ancaman konflik nuklir,” katanya.
“Saya ingin menekankan bahwa setiap serangan menggunakan rudal balistik yang diluncurkan kapal selam AS, terlepas dari karakteristiknya, akan dianggap sebagai serangan senjata nuklir. Mereka yang ingin berspekulasi tentang fleksibilitas potensi nuklir Amerika harus memahami bahwa menurut doktrin militer Rusia; tindakan seperti itu akan dianggap sebagai dasar untuk pembalasan senjata nuklir oleh Rusia,” katanya dilansir dari Anadoluagency.com, Kamis (30/4/2020).
Pada 24 April, Pentagon mengumumkan bahwa Angkatan Laut AS telah mengerahkan rudal balistik yang diluncurkan kapal selam (SLBM) dengan hulu ledak nuklir W76-2 berdaya rendah untuk menghalangi kekuatan nuklir Rusia dan China.
Sementara itu, militer AS mengaku siap tempur dan siap untuk menggunakan senjata nuklirnya jika AS terlibat konflik bersenjata besar. Pentagon menyatakan pandemi virus corona tak akan menghalangi AS untuk menggunakan senjata tersebut.
“Yakinlah, kami telah mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan pasukan pembom dan ICBM (rudal balistik antarbenua). Kami siap untuk pergi dan dapat mencapai target apapun di planet ini kapan saja,” kata Komandan Serangan Global Angkatan Udara (AFGSC) AS, Tim Ray.
“Kami sepenuhnya siap dengan misi dan Covid -19 tidak akan mengubahnya. Pasukan kami terus mempertahankan tingkat kesiapan dan respons yang sangat tinggi,” lanjutnya seperti dikutip dari Sputniknews.com, Jumat (1/5/2020).
Pernyataan Angkatan Udara Amerika (USAF) itu mengklarifikasi bahwa mereka mulai mengembangkan prosedur untuk beroperasi selama pandemi dan menjaga personelnya tetap sehat ketika Covid-19 masih terkurung di dalam perbatasan China pada Januari lalu.
Rencana yang dikembangkan itu memungkinkan USAF untuk menahan penyebaran virus yang memungkinkan kru pesawat dan awak rudal tetap beroperasi.
Untuk mencapai itu Angkatan Udara AS harus mengadopsi langkah-langkah tertentu yang memastikan tingkat isolasi tertentu untuk menjaga tim tetap terpisah, sambil menjaga pengoperasian rudal antarbenua dan pembom berkemampuan nuklir.
“Kami dibayar untuk melakukan misi ini dalam semua kondisi. Bukan hanya beberapa, tetapi semua kondisi. Ini adalah keadaan yang mengerikan, tetapi kita harus siap untuk melakukan pekerjaan ini dalam keadaan yang jauh lebih buruk,” papar Tim Ray.
Namun, terlepas dari semua upaya untuk mengatasi penyakit ini, sekitar 6.754 prajurit AS telah terinfeksi Covid-19 di seluruh korps militer AS. Angka itu merupakan data tanggal 29 April dari Departemen Pertahanan. (wip)