(IslamToday ID) – Anggaran belanja pertahanan Amerika Serikat (AS) makin gila-gilaan. Tahun depan, khusus untuk anggaran program senjata nuklir mencapai 13,7 miliar dolar atau hampir setara dengan Rp 200 triliun. Angka ini naik 1,2 miliar dolar AS dari tahun ini.
Komite Anggaran DPR AS, Selasa (7/7/2020), meloloskan rancangan undang-undang lewat pemungutan suara yang juga memuat anggaran belanja untuk program senjata nuklir tahun depan.
Hanya, anggaran belanja untuk program senjata nuklir tahun depan yang DPR setujui lebih rendah 1,9 miliar dolar AS dari bujet yang diajukan Presiden Donald Trump.
Karena itu, kubu Partai Republik menyuarakan oposisi terhadap RUU tersebut. Mike Simpson, anggota DPR dari Republik, mengatakan RUU itu memangkas pendanaan untuk program senjata nuklir.
“Meskipun saya mengakui peningkatan dibanding tahun ini, kita juga harus mengakui ancaman yang kita hadapi saat ini bukanlah ancaman yang sama dengan yang kita hadapi di tahun-tahun setelah berakhirnya perang dingin,” katanya, Rabu (8/7/2020).
“Kita harus secara memadai mendanai kegiatan yang diperlukan untuk menjaga persediaan (senjata nuklir) yang aman, andal, dan efektif,” ujar anggota DPR dari Idaho ini seperti dikutip Defence News.
Hanya, RUU itu melarang pendanaan untuk Dewan Senjata Nuklir (NWC) yang Pentagon pimpin, dan mencegah Badan Keamanan Nuklir Nasional (NNSA) di bawah Departemen Energi untuk membantu anggaran NWC.
Selain itu, RUU juga melarang rencana pemerintahan Trump untuk melanjutkan pengujian senjata nuklir. RUU itu melarang dana untuk melakukan atau mempersiapkan diri guna melakukan uji coba senjata nuklir.
“Secara kritis, RUU itu akan mencegah pemerintahan Trump dari menggunakan dana apapun untuk melaksanakan rencananya yang berbahaya dan dalam jangka pendek untuk melanjutkan pengujian nuklir,” kata Ketua Komite Anggaran DPR Nita Lowey.
Pemerintahan Trump sedang membahas apakah akan melakukan uji coba nuklir AS untuk pertama kali sejak 1992. Langkah yang akan memiliki konsekuensi jangka panjang untuk hubungan dengan kekuatan nuklir lain.
Usulan uji coba nuklir itu muncul dalam pertemuan para pejabat senior yang mewakili badan-badan keamanan nasional AS pada 15 Mei lalu. Ini menyusul tuduhan dari pejabat negeri AS bahwa Rusia dan China melakukan tes nuklir hasil rendah.
Hanya, tudingan tersebut belum didukung oleh bukti yang tersedia untuk umum, dan Rusia juga China telah membantah. [wip]