(IslamToday ID) – Perdana Menteri (PM) Palestina Mohammad Shtayyeh mengecam penerbangan penumpang komersial langsung pertama antara Israel dan Uni Emirat Arab (UEA). Ia menilai penerbangan pesawat El Al dari Israel yang mendarat di Abu Dhabi sangatlah menyakitkan.
Berbicara pada pertemuan kabinet mingguan Palestina yang diadakan di Ramallah, Shtayyeh mengatakan kesepakatan antara UEA dan Israel untuk menormalisasi hubungan adalah sebuah pelanggaran nyata terhadap posisi Arab terkait konflik Arab-Israel.
Ia juga mencatat nama penerbangan, Kiryat Gat adalah permukiman Israel yang dibangun di Kota Fallujah di wilayah pendudukan Palestina.
“Sangat menyakitkan bagi kami hari ini ketika sebuah pesawat Israel mendarat di Emirates, dengan nama penerbangan Kiryat Gat. Ini adalah pelanggaran yang jelas dan terang-terangan atas posisi Arab terhadap konflik Arab-Israel,” kata Shtayyeh seperti dikutip dari kantor berita Palestina WAFA, Selasa (1/9/2020).
“Pada kesempatan ini, kami salut dengan beberapa negara Arab yang menentang normalisasi dengan Israel, yang membuat tur (Mike) Pompeo gagal mencapai tujuan yang diinginkan, meskipun ada tekanan terhadap beberapa negara Arab,” katanya.
“Kami berharap melihat pesawat Emirat mendarat di Yerusalem yang dibebaskan, tetapi kami hidup di era Arab yang sulit.”
Pesawat itu membawa delegasi dari Israel dan Amerika Serikat (AS), yang menjadi perantara kesepakatan, termasuk Jared Kushner, penasihat Gedung Putih yang juga menantu Presiden AS Donald Trump.
Delegasi gabungan tersebut disambut di bandaran oleh Menlu UEA, Anwar Gargash.
“Sementara perdamaian ini digagas oleh para pemimpinnya, itu sangat diinginkan oleh rakyatnya,” kata Kushner saat mendarat.
Para pejabat diharapkan untuk menjajaki kerja sama bilateral di berbagai bidang seperti perdagangan dan pariwisata pada hari Senin.
Menusuk Dari Belakang
Hamas, partai yang berkuasa secara de facto di Jalur Gaza, juga mengutuk UEA. Penerbangan UEA-Israel itu merupakan tusukan di belakang terhadap rakyat Palestina, perpanjangan pendudukan, dan pengkhianatan terhadap perlawanan rakyat (Palestina),” bunyi pernyataan Hamas.
Sementara, UEA telah menyatakan bahwa kesepakatan itu didasarkan pada Israel yang akan membatalkan rencana aneksasi di Tepi Barat. Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu secara terbuka mengatakan bahwa aneksasi masih akan tetap dilaksanakan.
Pemerintahan Trump mengumumkan proposal lengkapnya untuk perdamaian Israel-Palestina pada bulan Januari. Hal itu langsung mendapat kecaman dari Palestina dan sebagian besar komunitas internasional.
Seorang sumber menyatakan, Arab Saudi yang tidak memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Israel, memberikan izin kepada Boeing 737 dari maskapai penerbangan Israel untuk terbang di atas wilayahnya dalam perjalanan ke ibukota UEA, Abu Dhabi. Penerbangan itu juga melintasi negara-negara Teluk seperti Qatar dan Bahrain, yang sejauh ini telah menolak untuk mengikuti langkah UEA.
Kushner mengakui peran Riyadh dalam memungkinkan penerbangan “bersejarah” itu.
“Ini adalah pertama kalinya terjadi. Saya ingin berterima kasih kepada Kerajaan Arab Saudi,” katanya setelah mendarat.
Negara-negara Teluk Arab mulai menjalin hubungan diplomatik dengan Israel dalam beberapa tahun terakhir. Ini didorong oleh persaingan mereka dengan Iran dan keuntungan ekonomi yang didapat dari hubungan tersebut. [wip]