(IslamToday ID) – Presiden Rusia Vladimir Putin mengaku telah mencatat apa yang ia gambarkan sebagai “retorika tajam anti-Rusia” yang dilontarkan calon presiden (Capres) Amerika Serikat (AS) dari Partai Demokrat, Joe Biden.
Pemimpin Kremlin itu mengaku telah didorong oleh pernyataan Biden tentang perjanjian kontrol senjata nuklir.
Putin, dalam komentarnya di stasiun televisi pemerintah Rusia pada hari Rabu (7/10/2020) atau beberapa pekan sebelum pemilihan presiden AS pada 3 November mendatang, mengatakan bahwa Moskow akan bekerja dengan pemimpin AS mana pun. Namun, ia memuji Presiden Donald Trump yang mengatakan ia menginginkan hubungan yang lebih baik.
“Tentu kami menghargai ini,” kata Putin, yang juga membantah sekali lagi tuduhan campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden AS empat tahun lalu, ketika Trump mengalahkan Hillary Clinton.
“Sejauh menyangkut kandidat dari Partai Demokrat, kami juga melihat retorika anti-Rusia yang cukup tajam. Sayangnya, kami sudah terbiasa dengan ini,” lanjut Putin seperti dikutip di Reuters, Kamis (8/10/2020).
Namun ia menambahkan bahwa Biden telah membuat apa yang ia anggap sebagai pernyataan yang menggembirakan tentang New START, pakta senjata nuklir signifikan terakhir antara Rusia dan AS, yang akan berakhir pada Februari.
Moskow dan Washington sejauh ini tidak dapat menyetujui perjanjian baru atau perpanjangan New START, meskipun utusan Trump untuk pengendalian senjata mengatakan pada hari Selasa bahwa kemajuan penting telah dibuat pada pembicaraan bilateral.
“Kandidat (presiden) Biden secara terbuka mengatakan ia siap untuk perpanjangan New START atau untuk mencapai perjanjian baru untuk membatasi senjata strategis, dan ini adalah elemen yang sangat serius dari kerja sama kita di masa depan,” kata Putin.
Bulan lalu, Putin mengusulkan pengaturan ulang hubungan dunia maya (cyber-ties) dengan Washington dan menyerukan kesepakatan bilateral bahwa mereka tidak akan terlibat dalam campur tangan dunia maya dalam pemilu masing-masing.
Pada hari Rabu, ia mengatakan Washington telah mengabaikan proposal itu. “Sayangnya belum ada jawaban untuk ini, masalah yang sangat penting, meskipun ada klaim berkelanjutan terhadap kami tentang hiperaktif kami yang terlihat dalam mencampuri pemilihan (presiden) yang sama sekali tidak berdasar,” papar Putin.
Badan-badan intelijen AS telah menyimpulkan bahwa Rusia ikut campur dalam pemilihan presiden AS 2016 dengan tujuan mendukung Trump, termasuk dengan meretas kampanye Clinton. Moskow membantah tuduhan itu. Rusia juga membantah tuduhan berusaha ikut campur dalam kampanye Pilpres AS 2020, meski ada bukti. [wip]