(IslamToday ID) – Ribuan orang menggelar demonstrasi di ibukota Perancis, Paris pada hari Ahad (18/10/2020) sebagai bentuk solidaritas terhadap seorang guru yang dipenggal dalam sebuah serangan teror.
Guru bernama Samuel Paty tersebut dipenggal seorang pria setelah memperlihatkan kartun Nabi Muhammad selama memberikan pelajaran tentang kebebasan berekspresi di kelasnya.
Ribuan orang berkumpul di Place de la Republique. Itu merupakan salah satu perkumpulan massa terbesar di Paris.
Paty (48), seorang guru dari Kota Conflans-Sainte-Honorine, dibunuh oleh Abdulak Abuezidovich A (18) secara brutal ketika dalam perjalanan pulang pada pekan lalu. Pelaku merupakan pria etnis Chechnya, Rusia.
Pejabat pemerintah, termasuk Perdana Menteri (PM) Jean Castex, serta Walikota Paris Anne Hidalgo dan kepala wilayah Ile-de-France Valerie Pecresse, ikut menghadiri demonstrasi di Place de la Republique tersebut.
“Anda tidak membuat kami takut. Kami tidak takut. Anda tidak akan memecah belah kami. Kami adalah Perancis!” tulis Castex di Twitter dengan mengunggah video yang menunjukkan demonstrasi tersebut seperti dikutip dari Russia Today, Senin (19/10/2020).
Orang-orang yang berkumpul di alun-alun mengheningkan cipta selama 1 menit untuk mengenang Paty, yang diakhiri dengan tepuk tangan. Di satu titik, massa yang hampir memenuhi seluruh lapangan terlihat menyanyikan lagu kebangsaan Prancis, “La Marseillaise”.
Para demonstran memegang plakat bertuliskan foto guru yang dibunuh, serta berbagai slogan termasuk “Je suis Samuel (Saya Samuel)”, “Je suis enseignant (Saya seorang guru)” dan “Je suis Charlie (Saya Charlie).
Kartun yang ditunjukkan Paty di kelasnya merupakan karikatur terkenal yang diterbitkan oleh majalah satire Perancis Charlie Hebdo, yang menjadi sasaran serangan teror pada tahun 2015, di mana 12 orang tewas.
Tagar #JeSuisSamuel, #jesuisprof, dan #JeSuisEnseignant juga menjadi trending topic di Twitter. Demonstrasi peringatan itu juga diadakan di banyak kota lain di seluruh Perancis, termasuk Orleans, Toulouse, Lyon, dan Grenoble, di mana banyak orang berkumpul di dekat kantor walikota.
Pelaku pemenggalan tinggal bersama keluarganya di Perancis sebagai pengungsi sejak dia berusia enam tahun. Pelaku ditembak mati oleh polisi setelah pengejaran singkat.
Menurut unggahan di akun media sosial yang sekarang sudah dihapus yang diduga milik pelaku, serangan itu sebagai pembalasan atas apa yang disebutnya penghinaan terhadap Islam.
Kartun yang ditunjukkan Paty di kelas juga memicu gelombang kemarahan di antara beberapa orangtua siswa muslim, dengan salah satu dari mereka bahkan meluncurkan kampanye online untuk menuntut agar guru tersebut dipecat.
Keluhan tersebut diperkuat oleh masjid setempat, yang membagikan video tersebut kepada 60.000 follower di Facebook.
Polisi telah menahan 11 orang terkait kasus tersebut, termasuk empat kerabat penyerang, serta orang tua yang melancarkan kampanye melawan guru tersebut, dan beberapa kenalannya. [wip]