(IslamToday ID) – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden bereaksi keras terhadap aksi kudeta militer di Myanmar. Bahkan, ia mengancam akan kembali menjatuhkan sanksi terhadap negara itu.
Biden mengatakan apa yang terjadi di Myanmar merupakan serangan langsung terhadap transisi negara menuju demokrasi dan supremasi hukum.
Ia menegaskan bahwa pemerintahannya akan segera meninjau kembali keputusan tahun 2016 untuk mencabut sanksi ekonomi di tengah harapan transisi damai ke pemerintahan demokratis.
“Amerika Serikat mencabut sanksi terhadap Myanmar selama dekade terakhir berdasarkan kemajuan menuju demokrasi,” kata Biden seperti dikutip dari Anadolu Agency, Selasa (2/2/2021).
Menurutnya, peristiwa kudeta membuatnya berpikir untuk kembali memberlakukan sanksi tersebut. “Pembalikan kemajuan itu akan membutuhkan peninjauan segera terhadap hukum dan otoritas sanksi kami, diikuti dengan tindakan yang sesuai,” lanjutnya.
Biden kemudian mengimbau militer Myanmar untuk segera menghormati kemajuan menuju transisi demokrasi di negara itu. Ia juga mendesak komunitas internasional untuk bersatu dalam satu suara untuk menekan militer Myanmar agar segera melepaskan kekuasaan yang telah mereka rebut.
“Dalam demokrasi, kekuatan tidak boleh digunakan untuk mengesampingkan keinginan rakyat atau berusaha menghapus hasil pemilu yang kredibel,” kata Biden.
Ia menambahkan bahwa AS akan selalu memperhatikan orang-orang yang mendukung rakyat Myanmar, termasuk di saat yang sulit.
Seperti diketahui, pada hari Ahad militer Myanmar mengumumkan keadaan darurat setelah menahan Aung San Suu Kyi, bersama anggota senior lainnya dari Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang berkuasa.
Kudeta terjadi beberapa jam sebelum sesi pertama parlemen baru negara itu akan diadakan setelah pemilihan November, di mana NLD memperoleh kemenangan besar.
Militer mengklaim kudeta itu dilakukan karena adanya kecurangan pemilu dalam jajak pendapat yang dikatakan mengakibatkan dominasi NLD di parlemen. [wip]