ISLAMTODAY ID — Unit Layanan darurat Palestina, Red Crescent, mengatakan 23 orang dirawat di rumah sakit sementara sebagian besar menderita luka di wajah dan mata akibat peluru berlapis karet dan pecahan peluru dari granat kejut.
Pasukan polisi Israel menyerang jamaah Muslim yang sedang menunaikan ibadah di dalam Masjid Al Aqsa di Kota Tua Yerusalem Timur yang diduduki, dikutip dari TRT World, Sabtu (8/5),
Hal tersebut terjadi ditengah ketegangan selama berminggu-minggu antara Israel dan Palestina atas Yerusalem yang intensitasnya kembali meningkat.
Setidaknya 178 warga Palestina dan 6 petugas terluka dalam bentrokan malam hari di situs paling suci ketiga Islam dan di sekitar Yerusalem Timur, ujar petugas medis Palestina dan Polisi Israel.
Sementara itu, Middle East Eye menyebutkan 205 korban luka-luka dan 88 diantaranya dilarikan ke rumah sakit.
Ribuan warga Palestina berhadapan dengan ratusan polisi Israel dengan perlengkapan anti huru hara.
Bentrokan terbaru terjadi ketika pasukan Israel menembaki dan membunuh dua warga Palestina setelah tiga pria dituduh melepaskan tembakan ke pangkalan Israel di Tepi Barat yang diduduki.
Penyerbuan Israel
Gelombang protes meletus ketika Israel mengerahkan pasukan besar-besaran saat umat Islam melakukan sholat Isya dan Tarawih di Masjid Al Aqsa selama bulan suci Ramadhan.
Polisi Israel menutup gerbang menuju Kompleks Masjid Al Aqsa.
Puluhan warga Palestina di lingkungan Yerusalem Timur berisiko digusur. Hal itu menyusul pertempuran sengketa hukum yang panjang antara warga palestina dengan pemukim ilegal Yahudi Israel.
Untuk diketahui, pengunjuk rasa Palestina bentrok dengan polisi Israel di kota itu hampir setiap malam sejak awal bulan Ramadan.
Penyerangan terhadap Sheikh Jarrah dan Masjid Al-Aqsa tersebut menarik perhatian dari seluruh Kawasan Timur Tengah dan dunia Islam.
Yordania memperingatkan Israel terhadap langkah-langkah “provokatif” lebih lanjut, dan Iran memanfaatkan suasana ricuh di sekitar Yerusalem dan mendorong perlawanan.
“Sekitar 70.000 jamaah menghadiri sholat Jumat terakhir Ramadhan di Al Aqsa,” ujar Badan Wakaf Islam yang mengawasi situs Al-Aqsa.
Setelahnya, Ribuan massa protes mengibarkan bendera hijau Hamas dan meneriakkan slogan-slogan pro-Hamas sebelum membubarkan diri dengan damai.
Israel dan Palestina bersiap untuk lebih banyak kekerasan dalam beberapa hari mendatang.
Dalam beberapa hari terakhir, pengunjuk rasa bentrok dengan polisi dan pemukim ilegal Yahudi atas ancaman penggusuran puluhan warga Palestina di lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur yang diduduki.
Beberapa keluarga Palestina di Sheikh Jarrah telah terlibat dalam pertempuran hukum jangka panjang dengan kelompok pemukim Israel yang mencoba memperoleh properti di lingkungan utara Kota Tua.
Aneksasi Israel
Israel merebut Yerusalem Timur, bersama dengan wilayah Tepi Barat dan Gaza – wilayah yang diinginkan Palestina untuk negara masa depan mereka – dalam perang Timur Tengah tahun 1967.
Israel mencaplok dan menduduki Yerusalem Timur dalam suatu tindakan yang tidak diakui secara internasional dan memandang seluruh kota sebagai ibukotanya.
Warga Palestina memandang Yerusalem Timur – yang mencakup situs suci utama bagi orang Yahudi, Kristen, dan Muslim – sebagai ibu kota mereka.
Nasibnya adalah salah satu masalah paling sensitif dalam konflik tersebut.
Negara tetangga Yordania, yang berdamai dengan Israel pada tahun 1994 dan merupakan penjaga Al Aqsa, mempertimbangkan pada hari Jumat (7/5), mengatakan “kelanjutan Israel dari praktik ilegal dan langkah-langkah provokatif” di kota itu adalah “permainan berbahaya.”
“Membangun dan memperluas permukiman, menyita tanah, menghancurkan rumah, dan mendeportasi warga Palestina dari rumah mereka adalah praktik ilegal yang melanggengkan pendudukan dan merusak peluang untuk mencapai perdamaian yang adil dan komprehensif, yang merupakan kebutuhan regional dan internasional,” ujar Menteri Luar Negeri Yordania Ayman al Safadi melalui akun Twitternya.
AS Imbau Turunkan Ketegangan
Sementara itu, Amerika Serikat menyerukan de-eskalasi di Yerusalem Timur yang diduduki.
AS juga memperingatkan agar tidak melakukan pengusiran yang mengancam keluarga Palestina yang telah membuat ketegangan meningkat.
“Kami sangat prihatin tentang meningkatnya ketegangan di Yerusalem,” ujar wakil juru bicara Departemen Luar Negeri Jalina Porter.
Jalina Porter mengatakan penting untuk mengurangi ketegangan dan menghindari langkah sepihak yang dapat memperburuk situasi, seperti “penggusuran, aktivitas pemukiman dan pembongkaran.”
Porter mengatakan secara khusus Departemen Luar Negeri prihatin tentang “kemungkinan penggusuran keluarga Palestina di lingkungan Silwan dan Sheikh Jarrah,” dua wilayah di Yerusalem Timur di mana ketegangan telah meningkat.
Dia mencatat bahwa beberapa keluarga Palestina yang menjadi sasaran penggusuran telah “tinggal di rumah mereka selama beberapa generasi.”[Resa/TRT World/MEE]