ISLAMTODAY ID — Turki dilaporkan akan mengekspor pesawat udara tanpa awak (UAV) ke Polandia.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menegaskan bahwa ini adalah pertama kalinya dalam sejarah negara itu melakukan penjualan UAV ke negara anggota NATO dan Uni Eropa, Senin (24/5).
“Dengan langkah-langkah yang telah kami ambil dalam 19 tahun terakhir [dalam industri pertahanan], kami membawa negara kami ke liga raksasa di bidang ini”, pungkas Presiden Erdogan dalam konferensi pers bersama Presiden Polandia Andrzej Duda, yang berkunjung ke ibu kota Turki, Ankara.
Menteri Pertahanan Polandia Mariusz Blaszczak pada Sabtu (22/5) mengumumkan bahwa negaranya akan membeli 24 drone Bayraktar TB2 dari Turki.
Presiden Erdogan menekankan bahwa Turki dan Polandia berjalan dengan pasti untuk mencapai target USD10 miliar dalam volume perdagangan bilateral.
“Turki, sebagai bagian dari misi pengawasan Udara Baltik NATO, akan segera mengerahkan jet F-16 di Polandia”, imbuhnya, dilansir dari Anadolu.
Erdogan pun mengapresiasi pengiriman pesawat patroli maritim Polandia dan misi militer ke pangkalan udara Incirlik di Turki Selatan di bawah langkah-langkah jaminan NATO.
Sementara itu, Presiden Polandia Duda mengatakan Turki adalah “sekutu terkuat” Polandia dan berterima kasih kepada Erdogan atas jasa pilot Turki dalam “melindungi langit negaranya”.
“Saya yakin sebagai bagian dari kerangka NATO, kami dapat mencegah ancaman terhadap kedua negara dari dalam dan luar negeri,” tandas Duda.
Duda mengungkapkan tentang kerja sama perdagangan kedua negara, yang menurutnya akan membawa mereka ke target perdagangan USD 10 miliar.
Sebelum konferensi pers bersama, kedua pemangku kepentingan Polandia Turki menandatangani perjanjian di bidang pertahanan, pertanian, pariwisata, dan olahraga.
Bayraktar TB2 menjadi inventaris tentara Turki pada 2014 dan saat ini digunakan oleh beberapa negara lain, termasuk Ukraina, Qatar, dan Azerbaijan.
Untuk diketahui, Turki menggunakan drone mutakhirnya secara efektif selama bertahun-tahun dalam operasi militer antiteror lintas batas, seperti Perisai Eufrat, Ranting Zaitun, dan lainnya, untuk membebaskan perbatasan Suriahnya halauan milisi asing.[AA]