ISLAMTODAY ID- Artikel ini ditulis oleh Sena Guler dan Beyza Binnur Donmez di Ankara.
Sesi utama putaran ke-16 pembicaraan Astana tentang Suriah diadakan di Kazakhstan pada hari Kamis (8/7) dengan kehadiran perwakilan dari rezim dan pasukan oposisi.
Pembicaraan tersebut dimulai pada hari Rabu (7/7) dengan pertemuan bilateral dan trilateral negara-negara penjamin (Turki, Rusia dan Iran) di ibukota Kazakh Nur-Sultan.
Pertemuan tersebut berlanjut untuk hari kedua antara semua pihak.
Di antara topik diskusi adalah situasi terkini di lapangan di Suriah, pengiriman bantuan kemanusiaan, dan dimulainya kembali pekerjaan Komite Konstitusi Suriah di Jenewa.
Untuk diketahui, Komite Konstitusi Suriah dimulai pada Oktober 2019 dengan 150 anggota dan merupakan langkah konkret pertama dalam merancang konstitusi baru untuk menentukan masa depan Suriah, seperti dilansir dari AA, Jumat (9/7).
Selain itu, para pihak juga berbicara tentang langkah-langkah membangun kepercayaan seperti pertukaran tahanan, pembebasan sandera dan pencarian orang hilang.
Duta Besar Selcuk Unal, direktur jenderal Kementerian Luar Negeri Turki yang bertanggung jawab untuk Suriah, memimpin pembicaraan di Nur-Sultan.
Rusia diwakili oleh Utusan Presiden untuk Suriah Alexander Lavrentiev dan Iran oleh Ali Asghar Khaji, penasihat senior Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif.
Sementara itu, rezim Suriah bergabung dalam pertemuan dengan delegasi yang dipimpin oleh Wakil Menteri Luar Negeri Ayman Susan dan oposisi dengan delegasi dipimpin oleh Ahmad Tuma.
Irak, Lebanon, dan Yordania —negara tetangga Suriah— dengan status pengamat turut ambil bagian dalam pertemuan yang dihadiri utusan khusus PBB untuk Suriah Geir Pedersen.
Setelah pertemuan hari Rabu (7/7), Pedersen mengatakan kepada wartawan bahwa penting untuk memastikan pembicaraan yang stabil antara pihak-pihak terkait untuk memulai kembali pekerjaan komite.
Pertemuan ke-16 proses perdamaian Astana sempat ditunda karena pandemi COVID-19.
Untuk diketahui, Suriah telah dirusak oleh perang saudara sejak awal tahun 2011, ketika rezim Bashar al-Assad menindak pengunjuk rasa pro-demokrasi dengan keganasan yang tak terduga.
Proses perdamaian Astana untuk mengakhiri konflik diluncurkan pada Januari 2017 atas inisiatif Turki, Rusia dan Iran.
Pertemuan penjamin Astana juga berkontribusi pada kemajuan proses diplomatik yang dipimpin PBB di Jenewa.
(Resa/AA)