ISLAMTODAY ID-Bisakah komitmen Prancis terhadap perempuan Afghanistan dipertanggungjawabkan sementara perempuan Muslim Prancis dilarang mengenakan jilbab.
Upaya Presiden Prancis Emmanuel Macro mendukung perempuan Afghanistan telah dicemooh secara online.
Langkah Macron dinilai sangat munafik mengingat perlakuan negara itu terhadap perempuan Muslimnya sendiri yang tidak adil.
Dalam pidato yang disiarkan televisi awal pekan ini, Emmanuel Macron mengatakan bahwa “perempuan Afghanistan memiliki hak untuk hidup dalam kebebasan dan martabat.”
Untuk diketahui, penafsiran Islam yang keras dan ekstrem dari Taliban yaitu bahwa mereka sering memaksa perempuan untuk mengenakan jilbab dan cadar yang menutupi seluruh wajah.
Namun, beberapa orang berpendapat bahwa Prancis memiliki kebijakannya sendiri terhadap perempuan Muslim, terutama mereka yang memilih untuk mengenakan cadar yang pada gilirannya mengurangi suaranya untuk berbicara menentang praktik Taliban.
“Tempat di mana perempuan diperintahkan untuk mengenakan sesuatu dan jika mereka tidak mematuhinya, mereka tidak dapat belajar atau bekerja dan bahkan dapat ditangkap … disebut Prancis,” ungkap seorang pengguna dalam komentar yang dibagikan secara online, seperti dilansir dari TRTWorld, Kamis (19/8).
Selain itu, pengguna online lain juga bereaksi terhadap standar ganda yang dirasakan dalam keprihatinan Prancis terhadap perempuan Afghanistan “Barat khawatir tentang pakaian perempuan di Afghanistan. Sementara itu, Macron dan Prancis dapat membuat perempuan Muslim tidak dapat memilih untuk mengenakan rok atau penutup kepala yang lebih panjang.”
Sementara itu, Prancis telah melarang gadis-gadis muda mengenakan jilbab di sekolah sejak tahun 2005.
Ada juga upaya untuk melarang perempuan berjilbab di Prancis untuk menghadiri perjalanan sekolah bersama anak-anak mereka.
“Perempuan Muslim bahkan tidak diizinkan untuk hidup damai dan bermartabat di Prancis. #Macron harus menjadi orang terakhir yang memberi kuliah #Afghanistan tentang hak-hak perempuan,” ujar seorang pengguna media sosial setelah pernyataan presiden Prancis tentang perempuan Afghanistan.
Sementara perlakuan Taliban terhadap perempuan di masa lalu masih belum sebanding dengan kemampuan banyak Muslim untuk belajar dan bekerja di Prancis, diskriminasi di negara itu telah mengakibatkan banyak perempuan dikucilkan dari kesempatan.
Baru-baru ini pengadilan tertinggi Uni Eropa memutuskan bahwa perempuan Muslim dapat dipecat dari pekerjaan mereka karena menolak melepas jilbab.
Selain itu, pengadilan memutuskan bahwa bisnis dapat melarang jilbab dipakai jika melindungi citra bisnis.
Selain itu, Prancis juga melarang perempuan Muslim menggunakan cadar yang menutupi seluruh wajah di ruang publik.
Perempuan Muslim di Prancis dapat menghadapi denda dan bahkan penjara jika mereka mengenakan cadar di depan umum.
(Resa/TRTWorld)