ISLAMTODAY ID-Selama segmen primetime TV Australia minggu ini, pakar terkenal yang berbasis di China, Victor Gao, mengeluarkan skenario mengerikan dan kejutan untuk penonton Australia atas pakta pertahanan AUKUS yang kontroversial antara AS, Australia dan Inggris.
Untuk diketahui, Victor Gao merupakan wakil presiden Center for China and Globalization dan pernah menjabat sebagai penerjemah pemimpin komunis Deng Xiaoping.
Gao terus terang memperingatkan bahwa kesepakatan tersebut membuat seluruh Australia menjadi target serangan nuklir:
“Saat yang menentukan adalah jika Australia dipersenjatai dengan kapal selam nuklir untuk diproduksi secara lokal di Australia, Australia akan kehilangan hak istimewa untuk tidak menjadi sasaran senjata nuklir oleh negara lain,” Gao memperingatkan, seperti dilansir dari ZeroHedge, Rabu (22/9).
Dia kemudian mengimbau 23 juta warga Australia yang akan hidup dengan kecemasan atas “kemungkinan perang nuklir” yang terjadi di kota-kota mereka, jika kesepakatan itu berlangsung di tahun-tahun mendatang.
Gao menyatakan bahwa taruhannya sangat tinggi: “Dan itu harus menjadi peringatan bagi Australia – 23 juta orang Australia. Apakah Anda benar-benar ingin menjadi target dalam kemungkinan perang nuklir? Atau apakah Anda ingin bebas dari ‘ancaman nuklir’ di masa depan?”
Tentu saja subteksnya yang hampir tidak dapat dipercaya bahwa Beijing menyatakan bahwa Australia akan menjadi target empuk untuk serangan pertama nuklir.
Sementara itu, pembawa acara berita ABC Australia yang tidak percaya kemudian bertanya kembali kepadanya: “Luar biasa Anda berbicara tentang perang nuklir dan serangan terhadap Australia,” ungkap pembawa acara tersebut.
Kemudian pertanyaan beralih menjadi apakah yang dikatakan Gao mencerminkan posisi pemerintah China, yang ditanggapinyaseperti dibawah ini.
“Dengar sesuai kebijakan umum, Australia tidak ditargetkan dengan hulu ledak nuklir sekarang … sekarang jika pemerintah Australia ingin … menjadi nuklir, dengan kapal selam nuklir, mereka akan kehilangan hak istimewa untuk tidak ditargetkan dengan hulu ledak nuklir di masa depan. Sesederhana itu … ini adalah konsekuensi yang paling mendalam,” ujar Gao.
Dia menuduh bahwa itu adalah pelanggaran berat terhadap perjanjian non-proliferasi nuklir oleh AS dan Inggris.
Lebih lanjut, ia menggarisbawahi konsekuensi dari perjanjian ini bagi Australia.
Pembawa acara ABC bertanya langsung, “Apakah Anda mengatakan bahwa Australia akan menjadi sasaran China? Apakah Anda memperingatkan bahwa Australia sekarang berada di bawah ancaman?”
Gao yang mengulangi bahwa kata-katanya telah “jelas” – mengulangi bahwa China akan melihat Australia sebagai pelanggaran memiliki zona bebas nuklir dan bahwa ini akan membawa konsekuensi yang mendalam.
Dia kemudian mengulangi ancamannya yang terselubung bahwa pakta AUKUS yang diumumkan minggu lalu adalah ‘pelanggaran berat hukum internasional’ yang akan memiliki konsekuensi mendalam bagi warga Australia yang ‘tidak berotak’.
Sementara itu, inilah pandangan Rabobank tentang wawancara yang menakjubkan dan ancaman yang tidak begitu halus.
“Saya harus membagikan wawancara ABC tadi malam dengan Victor Gao dari China sebagai contoh zeitgeist saat ini di wilayah ini. Layak untuk ditonton secara keseluruhan jika Anda tidak tinggal di wilayah tersebut: bayangkan jika ini adalah slot TV prime-time Anda tadi malam,” ujar pihak Rabobank.
Gao sangat tegas tentang Australia yang “secara logis” menjadi sasaran serangan potensial nuklir karena menginginkan kapal selam bertenaga nuklir.
Khususnya, dia benar dalam mengatakan ancaman ini adalah logika strategis yang jelas.
Namun ahli geostrategi akan menunjukkan bahwa keinginan Australia terkait kapal selam semacam itu juga merupakan logika strategis yang jelas.
Australia membutuhkan keseimbangan kekuatan dan pencegahan terhadap ancaman apa pun.
Ingat juga, ini terjadi ketika China melobi Australia untuk mendukung masuknya China ke dalam kemitraan perdagangan CPTPP.
Langkah tersebut tentu saja akan membantu Beijing menopang surplus perdagangan yang akan segera dibutuhkan bahkan lebih, secara struktural.
(Resa/ABC News/ZeroHedge)