ISLAMTODAY ID-Setidaknya 43 pemberontak Houthi dan 7 loyalis pemerintah telah tewas selama 48 jam terakhir pertempuran di Marib, menurut sumber-sumber militer.
Setidaknya 50 pemberontak Houthi dan pasukan pro-pemerintah Yaman telah tewas saat pertempuran meningkat untuk kota Marib, medan pertempuran utama dari konflik tujuh tahun, menurut sumber militer pada hari Minggu.
Ratusan pejuang telah tewas bulan ini saja, setelah pemberontak yang didukung Iran memperbarui kampanye mereka untuk Marib, benteng terakhir pemerintah di utara yang kaya minyak.
“Dalam 48 jam terakhir, 43 pejuang Houthi tewas, sebagian besar dalam serangan udara koalisi di sebelah barat Marib,” ujar sebuah sumber militer kepada kantor berita AFP, seperti dilansir dari MEE, Ahad (26/9).
Sementara sumber lain mengatakan setidaknya 7 loyalis tewas dalam pertempuran itu.
Untuk diketahui, pemberontak jarang mengumumkan korban mereka.
Selain itu, sekitar 400 orang dilaporkan tewas dalam bentrokan pada bulan September di kota utara, menyusul jeda pertempuran di wilayah tersebut.
Houthi awalnya meningkatkan upaya mereka untuk merebut Marib pada bulan Februari, berharap untuk mendapatkan kendali atas kota yang vital secara strategis dan sumber daya minyak di kawasan itu.
Marib, sekitar 120 kilometer (75 mil) timur ibukota yang dikuasai pemberontak Sanaa, terletak di persimpangan antara wilayah selatan dan utara dan merupakan kunci untuk mengendalikan utara Yaman.
Perang Tujuh Tahun
Perang antara koalisi militer pimpinan Saudi, yang mendukung pemerintah, dan Houthi telah menewaskan puluhan ribu orang dan memaksa jutaan orang meninggalkan rumah mereka.
Sekitar 80 persen dari 30 juta orang Yaman bergantung pada bantuan yang disebut PBB sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
Konflik Yaman berkobar pada tahun 2014 ketika Houthi merebut ibu kota Sanaa.
Lebih lanjutt, konflik tersebut mendorong intervensi yang dipimpin Saudi untuk menopang pemerintah yang diakui secara internasional pada tahun berikutnya.
Sementara itu, pada bulan ini merupakan 7 tahun sejak pemberontak menguasai Sanaa.
Beberapa analis mengatakan keseimbangan telah condong mendukung gerakan Houthi melawan koalisi.
Di sisi lain, PBB dan Washington mendorong untuk mengakhiri perang.
Houthi telah menuntut pembukaan kembali bandara Sanaa yang ditutup di bawah blokade Saudi sejak tahun 2016 yaitu sebelum gencatan senjata atau negosiasi.
Lebih lanjut, pembicaraan terakhir terjadi di Swedia pada tahun 2018, ketika pihak yang berseberangan menyetujui pertukaran tahanan massal dan penyelamatan kota Hodeida, di mana pelabuhan berfungsi sebagai jalur kehidupan negara.
(Resa/MEE/AFP)