ISLAMTODAY ID-Setelah adakan latihan perang bersama dua minggu lalu, Rusia dan Belarusia sekarang mengeluarkan pernyataan paralel yang memperingatkan Ukraina agar tidak mengejar jalan menuju keanggotaan NATO atau menjadi tuan rumah pasukan dan pangkalan NATO.
Selain itu, Ukraina dituntut menyetujui bahwa langkah itu akan menjadi “garis merah” bagi keduanya.
Pemimpin Belarusia Alexander Lukashenko dan Presiden Rusia Vladimir Putin baru saja bertemu dalam pertemuan puncak di Sochi.
Pertama, Presiden Belarusia Alexander Lukashenko menuduh Amerika Serikat telah mendirikan pusat pelatihan di seluruh Ukraina yang setara dengan pangkalan militer penuh.
Dia mengindikasikan ini adalah fokus diskusi langsung dengan Putin pada pertemuan Sochi.
“Jelas kami perlu bereaksi terhadap ini…(Kami) sepakat bahwa kami perlu mengambil beberapa tindakan sebagai tanggapan,” ujar Lukashenko menurut kantor berita RIA, seperti dilansir dari ZeroHedge, Selasa (28/9).
Sementara itu, latihan ‘Zapad-2021’ baru-baru ini membuat pasukan Rusia dan Belarusia memfokuskan latihan perang pada skenario untuk mengusir invasi NATO.
Lebih lanjut, kata-kata Lukashenko picu respon Kremlin pada hari Senin (27/9) yang mengkonfirmasi bahwa Putin setuju pada setiap perluasan infrastruktur militer NATO di dalam Ukraina memang akan menjadi “garis merah” seperti yang dikaitkan oleh reuters dari pernyataan kuat:
Kremlin memperingatkan pada hari Senin (27/9) bahwa setiap perluasan infrastruktur militer NATO di Ukraina akan melewati salah satu “garis merah” Presiden Vladimir Putin, dan Belarusia mengatakan telah setuju untuk mengambil tindakan dengan Moskow dalam melawan aktivitas NATO yang berkembang.
Wartawan internasional secara khusus bertanya kepada pejabat Rusia tentang ancaman Lukashenko terhadap “aksi” bersama, yang ditanggapi oleh Kremlin: “Ini adalah tindakan yang menjamin keamanan kedua negara kita.”
“Presiden Putin telah berulang kali mencatat masalah potensi perluasan infrastruktur NATO di wilayah Ukraina, dan (dia) mengatakan ini akan melewati garis merah yang telah dia bicarakan sebelumnya,” Kremlin mengklarifikasi.
Selama bulan Maret dan April tahun ini, Rusia dituduh membangun pasukannya di Krimea dan di sepanjang perbatasannya dengan Ukraina.
Hal tersebut memicu kekhawatiran invasi yang akan datang dan menjadi berita utama dunia selama sebulan, sampai pasukan ditarik.
Rusia mengatakan itu hanya ‘memposisikan ulang’ pasukan di akhir latihan skala besar, dan menunjukkan bahwa mereka bebas untuk memindahkan aset militer apa pun di dalam perbatasan kedaulatannya kapan pun diinginkan.
Langkah ini memicu krisis dan kesibukan aktivitas diplomatik di Eropa ketika sekutu Ukraina berusaha meredakan krisis.
Moskow telah menyebut Ukraina sebagai agresor, menuduh bahwa Kiev terlibat dalam pembangunan militernya sendiri yang mengarah pada peningkatan serangan terhadap wilayah pro-Rusia yang memisahkan diri dan pasukan separatis di Ukraina Timur.
(Resa/RIA/ZeroHedge)