ISLAMTODAY —Kita semua pernah mendengar tentang perlombaan senjata, perlombaan luar angkasa, dan perlombaan maritim negara-negara adidaya.
Tapi ada satu perlombaan yang benar-benar di luar radar pengetahuan masyarakat umum yaitu tentang perlombaan siapa yang akan menjadi yang pertama menambang Helium-3 di luar angkasa dalam jumlah yang signifikan.
Tentunya Helium-3 sangatlah dibutuhkan untuk mencoba mengembangkan reaktor fusi nuklir yang lebih ramah dan aman bagi lingkungan karena tidak menghasilkan limbah nuklir berbahaya dan polutan lainnya.
“Luar angkasa menyimpan energi dan bahan mentah dalam jumlah yang hampir tak terbatas, dari bahan bakar Helium-3 di Bulan untuk reaktor fusi bersih hingga logam berat dan gas volatil dari asteroid, yang dapat ditambang untuk digunakan di Bumi dan di luar angkasa,” kata mantan CIA analis luar angkasa Tim Chrisman.
China Lebih Unggul Daripada AS
Saat ini China telah lebih maju dibanding AS dalam mengekstraksi energi di ruang angkasa dan menambang kandungan Helium-3 di Bulan.
Hal itu karena China memiliki keunggulan karena kesinambungan antara komponen militer dan ekonominya yang terpadu sehingga proyek-proyek luar angkasa dapat terus dilaksanakan.
Beberapa institusi besar di China sekarang juga telah mempelajari batuan yang dikumpulkan dari Bulan oleh misi Chang’e 5 untuk penelitian yang mencakup evaluasi material sebagai sumber potensial kekuatan fusi.
Misi tersebut membawa sekitar 1,73 kilogram material bulan ke Bumi pada bulan Desember..
“Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menentukan kandungan Helium-3 di tanah bulan, parameter ekstraksi Helium-3, yang menunjukkan pada suhu berapa kita dapat mengekstraksi helium” Huang Zhixin, seorang peneliti di Departemen Sains dan Teknologi Institut Penelitian Geologi Uranium Beijing.
Sedangkan AS menghadapi tantangan yang lebih besar dalam mengumpulkan dan menyatukan berbagai aspek kekuatan nasional untuk mengejar satu misi jangka panjang di luar angkasa hal inilah yang sebabkan AS tertinggal dari China.
“Ini (Perlombaan Helium-3) akan menjadi kemenangan politik dan diplomatik yang besar namun tetap tergantung pada bagaimana Bulan dapat dieksploitasi dan dapatkah energi tersebut dibawa ke Bumi secara banyak dan aman.” Kata Tim Chrisman
Meskipun terdapat banyak halangan yang harus dilalui agar bisa menambang dan membawa Helium-3 ke Bumi, kedua negara tetap akan terus melanjutkan perlombaan ini mengingat pentingnya Helium-3 bagi kepentingan negara.
Para ilmuwan bahkan mengatakan dua ruang kargo pesawat ulang-alik yang terisi penuh senilai Helium-3 – sekitar 40 ton gas – dapat memberi daya selama satu tahun dengan tingkat konsumsi energi saat ini.
Profesor Ouyang Ziyuan, kepala ilmuwan dari Program Eksplorasi Bulan China, baru-baru ini mengatakan, bulan “sangat kaya” akan Helium-3, sehingga ini dapat “memenuhi kebutuhan energi manusia setidaknya selama sekitar 10.000 tahun.”
Tidak seperti Bumi, Bulan memilki kandungan Helium-3 dalam jumlah besar karena terpaan angin matahari. Itu membuat kandungan Helium-3 di Bulan sebanyak 100 kali lebih berlimpah daripada di Bumi.
Helium-3 Potensi Pengubah Permainan AS-China
“Potensi pengubah permainan yang lebih besar bisa jadi adalah energi surya buatan dengan energi dari ruang angkasa,” Sebut Chrismen.
“Kemenangan dari perlombaan ini memiliki lebih banyak potensi jangka pendek yang akan menjadi pukulan politik yang lebih besar bagi masing-masing negara..
Karena Helium-3 akan menjadi energi utama pembangkit listrik tenaga surya, dan reaktor fusi nuklir yang dapat menjadi sinar matahari buatan yang akan memberikan daya energi melimpah bagi negara.” Imbuhnya
Saat ini China berada di jalur terdepan untuk segera meluncurkan pembangkit listrik tenaga surya berbasis ruang angkasa sekitar tahun 2030, dengan tes utama akan dilakukan pada tahun 2022.
China telah menjadikan ekspansi di ruang angkasa sebagai misi nasional yang benar-benar berkomitmen dan menyiapkan dana yang signifikan di dalam misi ini.
Tentunya AS tidak tinggal diam dimana saat ini NASA berencana membangun pangkalan pesawat permanen di luar angkasa yang disebut Gateway.
Dari pangkalan itu, NASA berharap untuk membangun pangkalan di permukaan bulan, di mana disitu NASA dapat menambang sumber daya yang dibutuhkan oleh AS.