ISLAMTODAY ID—Xi Jinping dan Vladimir Putin habiskan satu jam 14 menit dalam percakapan video pada hari Rabu lalu.
Secara geopolitik ini menjadi pembuka jalan untuk China dan Rusia di tahun 2022, inilah yang benar-benar penting – lebih dari pertemuan Putin-Biden seminggu yang lalu.
Sekretaris Pers Kremlin Dmitry Peskov, mengisyaratkan bahwa pertemuan ini “sangat penting.”
Jelas kedua pemimpin tidak hanya akan bertukar informasi tentang pipa gas alam Power of Siberia 2.
Tapi Peskov mengacu pada situasi geopolitik saat ini tentang bagaimana China-Rusia akan mengkoordinasikan serangan balik melawan perang hibrida/Perang Dingin terbaru yang dilakukan oleh AS dan sekutunya.
Asisten Presiden Putin untuk Kebijakan Luar Negeri Yuri Ushakov berhasil secara ringkas menyampaikan setidaknya tiga informasi yang serius.
Pertama, Moskow akan memberi tahu Beijing tentang kemajuan, atau kemunduran, dalam negosiasi dengan AS/NATO tentang jaminan keamanan untuk Rusia.
Beijing mendukung tuntutan Moskow pada AS/NATO untuk jaminan keamanan ini.
Kedua, Putin dan Xi sepakat untuk menciptakan “struktur keuangan independen untuk operasi perdagangan yang tidak dapat dipengaruhi oleh negara lain.”
Sumber-sumber diplomatik mengatakan bahwa struktur itu mungkin akan diumumkan pada pertemuan puncak bersama pada akhir 2022.
Mereka membahas “KTT untuk Demokrasi” yang diselenggarakan Biden, menyimpulkan itu kontraproduktif dan malah membuat garis pemisah baru.
Dari semua hal di atas, poin ketiga adalah mengubah permainan yang sebenarnya.
Putin dan Xi sekali lagi membahas salah satu tema utama mereka dalam pertemuan bilateral ini yaitu kebutuhan untuk terus meningkatkan porsi yuan dan rubel dalam penyelesaian bersama—melewati dolar AS—dan membuka jalan pasar saham baru bagi investor Rusia dan China.
Ushakov secara diplomatis menyebutnya sebagai “kebutuhan untuk mengintensifkan upaya membentuk infrastruktur keuangan independen guna melayani operasi perdagangan antara Rusia dan China.”
Saat ini Bisnis energi Rusia, dari Gazprom hingga Rosneft, mengetahui semua yang perlu diketahui tidak hanya tentang ancaman AS tetapi juga tentang efek negatif dari tsunami dolar AS yang membanjiri ekonomi global melalui pelonggaran kuantitatif bank pusat AS, the Fed.
Dorongan Rusia-China ini adalah dimensi lain dari kekuatan geoekonomi, geostrategis, dan demografis yang dengan cepat bergeser ke Eurasia dan mungkin menandakan munculnya sistem dunia baru yang terkait dengan hal-hal lain yang pasti dibahas Putin-Xi.
Hubungan antara Belt and Road (BRI) dengan Ekonomi Eurasia Union (EAEU), yang telah diperlua jangkauannya hingga menjadi Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO).
Momentum mengubah permainan dalam hal ekonomi ini sangatlah tepat bila kita melihat bagaimana AS saat ini sedang terlilit dengan utang hingga US$30 triliun, 236% dari PDB yang dapat dikatakan negara ini hampir bangkrut.
Disinilah Rusia-China bereksperimen dengan sistem pembayaran alternatif mereka, yang pasti akan terintegrasi.
Bank-bank terpenting di kedua negara akan mengadopsi sistem tersebut – serta bank-bank di seluruh Eurasia yang melakukan bisnis dengan mereka.
China-Rusia Telah Mengetahui Langkah Tepat Atasi Strategi Perang Hibrida AS
Baik Xi maupun Putin dengan jelas mengidentifikasi bagaimana Tim Biden menerapkan langkah polarisasi strategis di bawah aturan lama.
Impian yang dimainkan adalah untuk membangun blok pro-Amerika – dengan peserta mulai dari Inggris dan Australia hingga Israel dan Arab Saudi – untuk “mengisolasi” Rusia-China.
Itulah yang ada di balik narasi yang menggelegar tanpa henti di seluruh Barat – yang juga terkait dengan KTT AS untuk Demokrasi.
Taiwan sedang dimanipulasi melawan Beijing sementara Ukraina secara harfiah di persenjatai melawan Rusia. “Agresi China” bertemu dengan “agresi Rusia.”
Beijing tidak jatuh ke dalam perangkap tetapi telah menegaskan pada tingkat yang berbeda bahwa Taiwan pada akhirnya akan diintegrasikan ke dalam tanah air, tanpa “invasi”.
Ukraina adalah proposisi yang jauh lebih mudah berubah: mimpi buruk dari ketidakstabilan perekonomian, korupsi yang meluas, keterikatan oligarki dan pemerintahan, serta kemiskinan telah membuat Ukraina bangkrut yang akhirnya akan menguntungkan Rusia.
Putin-Xi mungkin telah mengetahui tidak hanya bagaimana taktik perang hibrida yang dilakukan AS tapi juga bagaimana taktik tersebut menyeret Eropa lebih jauh ke dalam jurang konflik yang kian panas. (Rasya)