ISLAMTODAY ID —China dan Rusia berencana untuk mendirikan pangkalan bersama di bulan pada tahun 2027, delapan tahun lebih awal dari yang direncanakan.
Pangkalan bulan bersama, yang disebut Stasiun Penelitian Bulan Internasional (ILRS), akan menjadi kompleks fasilitas penelitian eksperimental yang dirancang untuk berbagai kegiatan ilmiah, seperti eksplorasi bulan, pengamatan berbasis di bulan, eksperimen penelitian, dan verifikasi teknologi.
China berencana untuk meluncurkan misi eksplorasi bulan Chang’e 8 sebagai langkah pertama dalam mendirikan ILRS. Misi ini diharapkan untuk menguji teknologi dengan menggunakan sumber daya lokal dan manufaktur dengan pencetakan 3D.
Saat ini, kehadiran China di bulan sangatlah diperhitungkan bagi dunia internasional apalagi setelah kedatangannya pada tahun 2019 yang menandai pendaratan pertama umat manusia di sisi gelap bulan.
Kedua pesawat China melakukan eksperimen ilmiah, dengan Chang’e 4 melakukan eksperimen biosfer bulan untuk melihat bagaimana ulat sutra, kentang, dan biji Arabidopsis (tanaman berbunga kecil) tumbuh di gravitasi bulan, sementara penjelajah Yutu 2 menjelajahi kawah Von Kármán.
Rencana pangkalan bulan bersama China dan Rusia dapat dilihat sebagai tanggapan atas pengucilan mereka dari Kesepakatan Artemis AS, yang bertujuan untuk menetapkan prinsip, pedoman, dan praktik terbaik untuk eksplorasi ruang angkasa bagi AS dan mitranya.
Tujuannya adalah untuk memajukan Program Artemis, sebagai upaya AS untuk menempatkan dirinya sebagai negara pertama yang membangun kehadiran jangka panjang di bulan.
China dilarang berpartisipasi dalam proyek bersama dengan AS di luar angkasa oleh Wolf Amendment, sebuah tindakan tahun 2011 yang melarang NASA bekerja sama dengan China tanpa persetujuan khusus dari Kongres.
Akibatnya, China terpaksa mandiri dalam program luar angkasanya. fakta bahwa China dilarang bergabung dengan Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), akhirnya membuat negara ini tetapi membangun stasiun ruang angkasa Tiangong sendiri, yang rencananya akan selesai pada akhir 2022.
China berencana menggunakan stasiun luar angkasa Tiangong untuk menjadi rumah eksperimen dengan negara-negara mitra dan membuatnya terus dihuni oleh tiga astronot setidaknya selama satu dekade.
Rusia telah menolak untuk menandatangani Artemis Accords, menyatakan bahwa itu terlalu AS-sentris
Terlepas dari penolakan Rusia untuk menandatangani Artemis Accords, kerja sama luar angkasa Rusia-AS tetap menjadi salah satu keterlibatan konstruktif antara kedua negara.
Salah satu kontribusi signifikan Rusia ke ISS adalah modul layanan Zvezda, yang menyediakan tempat tinggal stasiun, sistem pendukung kehidupan, distribusi tenaga listrik, sistem pemrosesan data, sistem kontrol penerbangan, dan sistem propulsi.
Ini juga menyediakan pangkalan untuk Soyuz Rusia dan pesawat ruang angkasa Progress.
Terlepas dari kerja sama ini, Rusia telah mengancam untuk menarik diri dari ISS pada 2025 kecuali AS mencabut sanksi terhadap sektor luar angkasa Rusia.
Tantangan Kerjasama Luar Angkasa Rusia-China
Kerja sama luar angkasa Tiongkok-Rusia memiliki tantangan tersendiri.
Dalam hal kemauan politik, ada kemungkinan China atau Rusia dapat menangguhkan kerja sama, karena prioritas politik yang saling bersaing, sumber daya yang terbatas, atau perubahan kepemimpinan.
Rusia mungkin juga enggan memainkan peran sebagai mitra junior bagi China, mengingat sejarah eksplorasi luar angkasa yang membanggakan.
Selain itu para ahli dari masing-masing negara juga skeptis tentang kelangsungan kerja sama luar angkasa Tiongkok-Rusia, dan memandang kerja sama dengan AS sebagai opsi yang lebih diinginkan.
Perlombaan untuk membangun kehadiran bulan jangka panjang didorong oleh faktor politik, ekonomi dan militer.
Persaingan politik dan ideologis antara China, Rusia, dan AS mungkin memicu perlombaan untuk membangun pangkalan bulan jangka panjang guna menunjukkan keunggulan teknologi masing-masing.
Dalam hal manfaat ekonomi, bulan diyakini memiliki cadangan silikon, logam tanah jarang, titanium, aluminium, air, logam mulia, dan Helium-3 yang signifikan.
Selain itu, bulan berpotensi di militerisasi oleh negara-negara yang melindungi kepentingan komersial bulan mereka, mereka dapat saja menggunakan senjata anti-SATELLITE atau anti-pesawat ruang angkasa, atau menggunakan bulan sebagai titik gravitasi untuk mengerahkan satelit militer atau pesawat ruang angkasa dengan cara yang tidak dapat di deteksi dengan teknologi konvensional. (Rasya)