ISLAMTODAY ID – Tembakan meletus di beberapa barak tentara di Burkina Faso, memicu kekhawatiran akan kudeta di negara bagian Afrika barat yang dengan cepat dibantah oleh pemerintah.
Pemerintah Burkina Faso telah membantah bahwa tentara telah menguasai negara itu setelah baku tembak terjadi di beberapa barak tentara, termasuk dua di ibu kota.
“Informasi di media sosial akan membuat orang percaya ada pengambilalihan tentara,” ungkap juru bicara pemerintah Alkassoum Maiga dalam sebuah pernyataan, Ahad (23/1), seperti dilansir dari TRTWorld, Ahad (23/1).
“Pemerintah, sementara mengakui validitas penembakan di beberapa barak, menyangkal informasi ini dan meminta penduduk untuk tetap tenang.”
Apalagi, Menteri Pertahanan Aime Barthelemy Simpore mengindikasikan bahwa Presiden Roch Marc Christian Kabore belum ditahan.
Kabore telah menghadapi oposisi yang berkembang sejak pemilihannya kembali pada November 2020. Dia memecat perdana menterinya dan menggantikan sebagian besar Kabinet bulan lalu.
Penyiar negara RTB memuat berita utama yang menggambarkan tembakan itu sebagai “tindakan ketidakpuasan oleh tentara.”
Pembakaran Markas Partai
Para pengunjuk rasa yang berpihak pada tentara yang melakukan pemberontakan di beberapa barak di Burkina Faso membakar markas partai yang berkuasa di ibu kota, menurut seorang wartawan AFP di tempat kejadian.
Api menghancurkan lantai dasar gedung partai Gerakan Rakyat untuk Kemajuan (MPP), di mana pengunjuk rasa juga merusak fasad sebelum dibubarkan oleh polisi yang menembakkan gas air mata pada hari Ahad (23/1).
Tembakan senjata berat sebelumnya terdengar di kamp Sangoule Lamizana di ibu kota negara Ouagadougou, memicu kekhawatiran bahwa upaya kudeta sedang berlangsung.
Tembakan juga terdengar di kamp militer lain, Baby Sy, di selatan ibu kota, dan di pangkalan udara dekat bandara, kata sumber militer.
Ada juga tembakan di barak di kota utara Kaya dan Ouahigouya, penduduk di sana mengatakan kepada kantor berita AFP.
Tembakan itu terjadi setelah sehari setelah bentrokan antara polisi dan demonstran selama protes terlarang terhadap kegagalan pihak berwenang untuk membendung kekerasan yang melanda negara Afrika Barat itu.
Ini juga menyusul penangkapan awal bulan ini terhadap banyak tentara atas dugaan plot untuk “menggoyahkan institusi” di negara Afrika Barat, yang memiliki sejarah panjang kudeta.
(Resa/TRTWorld)