ISLAMTODAY ID-Dengan memperhatikan apa yang terjadi di sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir Ukraina, Taiwan telah melakukan latihan yang mensimulasikan tanggap darurat setelah serangan yang dibayangkan terhadap pembangkit listrik tenaga nuklir untuk meningkatkan kesiapan terhadap potensi invasi militer China.
“Sekitar 500 orang, termasuk polisi, petugas pemadam kebakaran, pekerja listrik dan sukarelawan swasta, ambil bagian dalam latihan yang diadakan di daerah Pingtung, Taiwan selatan yang berlangsung akhir pekan lalu.” ungkap media regional, seperti dilansir dari ZeroHedge, Rabu (13/4).
Pelaporan media regional mengindikasikan simulasi didasarkan pada fasilitas militer dan bangunan sipil yang terkena rudal China, yang mengakibatkan kebakaran besar. Yang terpenting, latihan tersebut diadakan di daerah Pingtung, yang menjadi tuan rumah dua pembangkit listrik tenaga nuklir.
Menurut layanan media publik internasional Jepang NHK World, “Setelah pasukan Rusia menyerang fasilitas tenaga nuklir di Ukraina, kementerian pertahanan Taiwan menginstruksikan pemerintah setempat untuk memasukkan tanggapan terhadap kemungkinan serangan militer dalam latihan bencana mereka tahun ini.”
Laporan tersebut menggarisbawahi lebih lanjut, “Kota dan kabupaten lain juga bersiap untuk mengadakan latihan yang dapat membantu meningkatkan kemampuan mereka untuk menanggapi suatu kemungkinan.”
Baru-baru ini Komandan Armada Pasifik AS Laksamana Samuel J Paparo memperingatkan Beijing sedang mempelajari dengan cermat invasi Rusia ke Ukraina “dan belajar darinya” untuk melihat pelajaran apa yang dapat diterapkan pada invasi teoritis Taiwan di masa depan.
“Tiongkok tidak diragukan lagi menyaksikan apa yang terjadi di Ukraina, mencatat, dan belajar darinya,” ungkap Laksamana Paparo awal bulan ini, seperti dikutip dalam jurnal regional Taiwan Focus.
“Dan akan ada pembelajaran dan akan ada penyesuaian sejauh mana mereka bisa belajar darinya. Dan mereka akan meningkatkan kemampuan mereka berdasarkan apa yang mereka pelajari saat ini,” tambahnya.
Lebih lanjut, dia akan “segan untuk mengatakan atau melakukan apa pun yang akan meringankan urgensi untuk bersiap, menegakkan ketertiban berbasis aturan internasional dan menegakkan komitmen AS untuk pertahanan Taiwan, jika ada upaya untuk menyatukan Taiwan dengan kekuatan.”
(Resa/ZeroHedge)